Seperti Ayahmu yang kehadirannya tak pernah Bunda duga namun selalu diharapkan,
dalam banyak do'a-do'a panjang, yang rupanya Ia kabulkan sekaligus dalam satu tahun masehi ini.
Kalian adalah anugerah sekaligus cobaan, yang menguji timbangan kufur dan syukur dalam hati Bunda.
Keberadaanmu mengajarkan Bunda arti sabar, sayang dan cinta.
Tak pernah Bunda mengira, bahwa foto Ayahmu dan rekaman suaranya --iya, Ayahmu, laki-laki yang namanya baru saja Bunda kenal tak lama sebelum dirimu ada-- adalah obat paling mujarab saat Bunda demam, lemas, atau tak bisa berbicara karena harus mengatur nafas agar tidak memuntahkan makanan yang baru saja Bunda makan.
Terimakasih Kakak atas kehidupanmu di rahim Bunda, terimakasih sudah tumbuh dan berkembang dengan sehat :)
2016.11.09 - 18:53
Tampilkan postingan dengan label cinta?. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cinta?. Tampilkan semua postingan
Senin, 14 November 2016
Jumat, 26 Agustus 2016
The Stranger
Mungkin akan tiba suatu masa dalam hidup seorang gadis di
mana kata “sayang” menjadi sesuatu yang belum teridentifikasi, layaknya benih
yang akan tumbuh seiring berjalannya waktu
Mungkin akan tiba suatu masa dalam hidup seorang gadis di
mana galau menjadi satu kata bias tak bermakna, menyisakan tawa konyol atas
kesia-siaan waktu yang pernah terbuang
Saat itu adalah saat di mana sang orang asing yang baru
saja menyentuh hidupnya tetiba menjadi “the coolest man on earth that I’ve ever
known” yang dengan gagah berani mengambil alih tanggung jawab sang gadis dari
Ayahnya melalui perjanjian antara ia dengan Tuhan.
Saat itu adalah saat di mana pintu cinta dan sayang Tuhan
bukakan sepenuhnya, membiarkannya mengalir deras mengiringi waktu hingga maut
memisahkan, tanpa keraguan, tanpa kesia-siaan.
Label:
aku,
cinta?,
kontemplasi,
rumah
Minggu, 08 September 2013
Inilah Akhirnya
Inilah akhirnya harus ku akhiri
Sebelum rasa itu semakin dalam
Maafkan diriku, memilih setia
Meski ku tak tahu kelak
Siapakah dirinya..
Perkembangan afektif yang terlambat mungkin berdampak
pada “ketidakpekaan” terutama dalam hal yang berkaitan dengan perasaan terhadap
lawan jenis. Sampai seorang teman (laki-laki pula) pernah berkata “lain kali,
ketika ada seorang laki-laki yang menaruh perhatian, tolong jangan di cuekin”.
Cinta atau sayang adalah kata-kata abstrak yang sulit di
definisikan dengan serangkaian kalimat. Butuh waktu bertahun-tahun sampai
akhirnya aku menyadari hal itu, dan ternyata rasanya tidak mengenakkan. Perasaan
sayang atau cinta yang menurut sebagian besar orang adalah
fitrah-dari-Yang-Maha-Kuasa ternyata justru terasa menyakitkan dan membuat
tidak nyaman, ketika ditujukan pada orang yang belum hak. Dan ketika dikuasai
oleh perasaan seperti itu, diriku berada pada titik jahiliyah, bersikap labil, dan…
sangat memalukan.
Selain perasaan berdosa pada Sang Pencipta, ada perasaan
bersalah pada subjek-entah-dimana yang dengan husnudzonnya aku yakin ia sedang
menjaga sekuat tenagaa kesucian hatinya hingga kami di pertemukan kelak. Nah,
layakkah kiranya jika ia mempersembahkan hatinya yang bersih untukku ketika
hatiku sudah pernah terkotori dengan perasaanku untuk orang lain selain ia?
Terkadang aku bertanya, mengapa Ia tidak langsung saja
mempertemukanku dengannya sehingga cukup sekali saja aku dibuat jatuh cinta
oleh seseorang, sekali untuk selamanya?.
Tidak ada pertemuan yang kebetulan... tidak ada! Karena
skenarioNya begitu sempurna. Mungkin saja Ia ingin aku belajar, dan mungkin saja
rasa itu ujian. Ujian sulit (saaangat sulit) yang diberikan untuk menguji
keteguhan hatiku, seberapa jauh aku bisa menjaganya nan memanagenya. Atau ujian yang diberikan agar aku bisa memaknai sendiri
dan menghargai bentuk perasaan itu.
Sains memang bisa menjelaskan bahwa cinta adalah konsekuensi dari meningkatnya oksitosin, dopamin, dan vasopressin dalam otak. Tapi sains tidak mampu menjelaskan
dengan pasti mengapa senyawa-senyawa itu meningkat konsentrasinya ketika dihadapkan dengan subjek yang
sarat dengan kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Ya, aku rasa.. cinta memang fitrah-dari-Yang-Maha-Kuasa
maka dari itu ia harus di jaga.
Seringkali aku bersyukur menjadi manusia tak peka. Cukup
kiranya aku pernah mengetahui rasa itu. Kini aku sedang berusaha dan belajar
untuk menghargai dan menjaganya, tak sembarangan membiarkannya menguasai hatiku
meski kuakui itu sama sekali tak mudah... Menunggu
seseorang-entah-siapa yang dapat membuat denyut nadiku meningkat dan pupilku berdilatasi
hanya dengan berada di dekatnya. Dengan halal dan tanpa rasa bersalah
tentunya.. :)
Selasa, 23 Juli 2013
Aku suka, sukaaa semuanya
"Nggak usah ngeluarin uang untuk kasih aku oleh-oleh, cukup bawain aja segenggam pasir, beberapa helai daun dan bunga kering, biji-bijian atau batu kerikil :)"
Alasan yang sentimentil, karena dari segenggam pasir aku bisa membayangkan wajahnya, seberapa indah rupanya, seberapa landai, seberapa dangkal airnya, organisme apa saja yang tinggal di bawahnya dan seberapa besar ombaknya..
Dari beberapa helai daun, bunga kering dan biji-bijian aku bisa membayangkan kanopinya, siulet yang dibuatnya dan dedaunannya yang jatuh dimainkan angin..
Dari beberapa batu kerikil aku bisa membayangkan rupa daratannya, warna permukaannya, seolah-olah aku berada di sana, melihat apa yang kau lihat, merasakan apa yang kau rasakan.. :D
Rasa sukaku pada benda-benda itu hampir sama dengan rasa sukaku terhadap benda-benda buatan tangan entah itu sekedar coretan, gambar iseng sampai karya yang dibuat dengan serius. Jadi, ketika ada orang-orang yang memberikanku sesuatu, entah kado atau apapun, ucapan kecil berupa tulisan tangan sang pemberi yang terkadang terselip didalamnya pasti kuarsipkan dengan baik :)
Bagiku, terkadang sebuah karya kecil, coretan, atau gambar iseng memiliki nilai yang lebih berharga. Seringkali aku merefleksikannya pada diriku sendiri, karena ketika aku memberikan sesuatu yang kubuat dengan tanganku, selama proses pembuatannya aku pasti memikirkan orang yang akan menerimanya, jadi sebenarnya tak ada yang tak spesial lho... kutitipkan sebuah perasaan pada setiap karya yang kubuat... :)
(jadi kalau karyanya jelek berarti saat itu moodku sedang nggak bagus, hahaha :D)
Tapi bukan berarti selalu begitu, akhir-akhir ini aku disadarkan kalau ternyata benda yang di buat dengan mesin-pun, ketika dibeli dengan hati akan sama spesialnya dengan benda buatan tangan. Apalagi ketika memikirkan bagaimana usaha sang pemberi untuk mendapatkannya, menimang dan memilih kira-kira apa yang akan disukai oleh sang penerima.. :)
Terimakasih ya sahabat-sahabatku atas semua yang kalian berikan dan perasaan kalian yang kalian titipkan di dalamnya. Bagiku, tak ada yang tak berharga
Semoga Allah membalas apa yang kalian berikan dengan sebaik-baik balasan :)
Special thanks to :
Hajah Sofyamarwa Rachmawati
-kyaaaa aku dikasih kotak yang cerdas dan surat cintaaaaa akan kusimpan baik-baik inshaaAllah XD :*
Cacingski Nissa Rachmidwiati
-senyum-seyum sendiri tiap liat lukisanmu haghag #tapitetaptidakadaketjupbagimu #fuh
![]() |
Kalau pasir biasanya aku masukin botol kayak gini :) |
Senin, 13 Mei 2013
Aku Cinta
Jika aku diberi kesempatan untuk hidup, lalu mati, lalu
hidup lalu mati lagi
Demikian berulang-ulang
Maka tak akan pernah sanggup seluruh saraf dalam otak ini
menekuri seluruh pengetahuanNya yang Ia hamparkan dari perut bumi hingga alam
semesta
Setiap kali mengingat betapa sulitnya sepercik ilmu masuk
berjejalan dalam otak
Menyambungkan antara akson satu dengan dendrite lain
Maka nafas ini menjadi sesak tak karuan
Yang aku rasakan, Allah telah menunjukkan singgasana
kebesaranNya melalui setiap kilasan ilmu yang Ia perkenalkan padaku
Ketika itu diriku ciut bagai tak berbobot, kecil tak berarti
Tanpa sadah aku telah jatuh cinta
Terpukau menyadari ketidakberdayaan diri
Lalu menanggis megap-megap karena aku tak kuasa berenang
dalam samudra ilmuNya yang luasnya meliputi langit dan bumi
Maka setiap kali Ia memercikkan kesadaran itu sekejap saja
Mataku terjaga dari tidur dan menangis meratap-ratap
Allahuakbar, jika saja Kau berkenan, izinkan sepercik
kekayaan yang Kau sisipkan dalam tempurung kepalaku untuk kubagi dengan manusia
lain
Dalam ilmu, kutemukan cinta
Dalam ilmu, kutemukan cintaNya mengalir lembut melingkupi
setiap detik hidupKu
Makhluk yang bahkan tidak dapat menjelaskan mengenai eksistensi
dirinya sendiri
Senin, 08 April 2013
Saat itu pasti merupakan saat yang luar biasa
Saat itu pasti
merupakan saat yang luar biasa
Ketika Ia
berkehendak untuk mempertemukanmu denganku
Dalam skenarioNya
yang tanpa cacat dan tanpa cela
Di atas bumiNya yang
sempit, setelah sekian lama semenjak ruh kita ditakdirkan untuk bersama
Lalu kau dan aku
dilahirkan dalam raga yang terpisah jarak dan waktu, dan masing-masing tumbuh
dengan tempaan yang berbeda
Saat itu pasti
merupakan saat yang luar biasa
Ketika aku mencoba
melihat dunia dari matamu, dan kau dari mataku
Mencoba memahami
duniaku yang penuh dengan kanak-kanak, pelangi, hujan dan bintang
Memahami bentuk
kebahagiaanku yang sederhana, seperti mencoba memasak sesuatu yang baru,
menciptakan benda-benda aneh, berjalan menyusuri trotoar, jalan setapak, hutan
atau pinggiran rel
Berkelana dari satu
tempat ke tempat yang lain, atau sekedar menerka makna kehidupan dalam bus-bus,
kereta ekonomi dan ramainya pasar
Sama seperti ketika
aku berusaha memahami duniamu, memahami bentuk kebahagiaanmu
Saat itu pasti
merupakan saat yang luar biasa
Ketika mimpimu dan
mimpiku menjadi bagian dari mimpi kita
Melengkapi satu sama
lain, membuat segala sesuatunya berwujud, bukan sekedar wacana
Menciptakan
pola-pola cantik yang kita goreskan dalam lembar kehidupan kita yang pendek
Membentuk gambaran
tegas mengenai apa yang kita cita-citakan untuk masa depan, mempersiapkan titipan
apa kiranya yang bisa kita wariskan untuk ummat
Dua manusia kecil
dengan mimpi-mimpi yang besar
Saat itu pasti
merupakan saat yang luar biasa
Ketika kau berada di
depanku, cahayaku, menuntunku melewati kegelapan
Meski tak selalu
terang benderang karena kau manusia, tak sempurna, sama seperti aku
Maka aku ada di
belakangmu, menjadi sandaran ketika kau lelah
Beristirahat sejenak
dalam perjalanan kita yang jauh untuk mencapai tujuan
Saat itu pasti
merupakan saat yang luar biasa
Ketika keberadaanmu
menjadi sebuah bentuk rasa syukurku yang tak terkira padaNya
Ketika rasa cintaku
padamu menambah rasa cintaku padaNya berkali-kali lipat
Maka ketika Ia
berkehendak
Tidak waktu, tidak
jarak, tidak pula keadaan yang dapat menghalangimu untuk menjemputku
Wahai pemimpinku
yang kurindukan, manusia yang bersamanya aku menjadi lebih baik
Jumat, 16 November 2012
Path
Ketika langkah kita terasa sulit, ada baiknya kita mengevaluasi diri
Mungkin saja niat kita belum tepatMungkin teknis pelaksanaannya yang masih salah
Atau mungkin suatu hari nanti, akan timbul dampak negatif dari apa yang kita lakukan
bagi diri kita dan orang lain
Kita tak tahu..
Ketika langkah kita terasa begitu mulus dan mudahnya, ada baiknya kita juga mengevaluasi diri
Apakah Allah memberikannya dengan penuh keridhoan
Atau jangan-jangan kenikmatan itu Ia lemparkan ke hadapan kita karena terlalu tergesa-gesa meminta?
Entah bagaimana skenarioNya akan membawa kita
Menuntun langkah pada tempat yang tepat
Mempertemukan kita dengan makhluknya yang tepat
Tanpa cela
Tanpa cacat
Tapi.. bukan berarti lantas kita pasrah lalu diam
Rangkaian rencana itu harus kita buat
Setiap tingkatan itu harus kita perjuangkan
Karena tawakal ada setelah ikhtiar
Tawakal ada setelah do’a
Merajut mimpi
Merajut cinta
Ketika Ia berkata bahwa “dirimu belum siap”
Seberapa keraspun perjuangan kita, hal itu tak akan pernah terjadi
Itu semua, semata-mata karena Allah sayang pada kita
Karena Ia maha mengetahui
Apa yang terbaik bagi setiap diri kita
Bismillah… semoga hati ini selalu bisa berhusnudzon pada setiap keputusanNya :)
Entah bagaimana skenarioNya akan membawa kita
Menuntun langkah pada tempat yang tepat
Mempertemukan kita dengan makhluknya yang tepat
Tanpa cela
Tanpa cacat
Tapi.. bukan berarti lantas kita pasrah lalu diam
Rangkaian rencana itu harus kita buat
Setiap tingkatan itu harus kita perjuangkan
Karena tawakal ada setelah ikhtiar
Tawakal ada setelah do’a
Merajut mimpi
Merajut cinta
Ketika Ia berkata bahwa “dirimu belum siap”
Seberapa keraspun perjuangan kita, hal itu tak akan pernah terjadi
Itu semua, semata-mata karena Allah sayang pada kita
Karena Ia maha mengetahui
Apa yang terbaik bagi setiap diri kita
Bismillah… semoga hati ini selalu bisa berhusnudzon pada setiap keputusanNya :)
Label:
aku,
cinta?,
cita-cita,
kontemplasi
Minggu, 28 Oktober 2012
Khilaf, Benci dan Cinta
Seorang kawan, dalam doa dan salamnya
Di berlalunya seperempat abad usiaku
Kembali mengenangkanku sebuah kaidah
"Bencilah kesalahannya
tapi jangan kau benci orangnya"
Betulkah aku sudah mampu begitu
Pada saudaraku, pada keluargaku
Pada para kekasih yang kucinta?
Saat mereka terkhilaf dan disergap malu
Betulkah kemaafanku telah tertakdir
Mengiringi takdir kesalahan mereka?
Tapi itulah yang sedang kuperjuangkan
Dalam setiap ukhuwwah dan cinta
Dalam tiap ikatan yang Allah jadi saksinya
Karena aku tahu, bahwa terhadap satu orang
Aku selalu mampu membenci luputnya
Tapi tetap cinta dan sayang pada pelakunya
Itulah sikapku selalu, pada diriku sendiri
Kucoba cerap lagi kekata Asy Syafi'i
"Aku mencintai orang-orang shalih"
Begitu katanya diiringi titik air mata
"Meski aku bukanlah bagian dari mereka
dan aku membenci para pemaksiatNya
merki aku tak berbeda dengan mereka"
Ya.. mungkin dia benar
Tapi dalam tiap ukhuwwah dan cinta
Dalam tiap ikatan yang Allah jadi saksinya
Aku ingin meloncat ke hakikat yang lebih tinggi
Karena tiap orang beriman tetaplah rembulan
Memiliki sisi kelam,
Yang tak pernah ingin ditampakkannya pada siapapun
Maka cukuplah bagiku
Memadang sang bulan
Pada sisi cantik yang menghadap ke bumi
Tentu, tanpa kehilangan semangat
Untuk selalu berbagi dan sesekali merasai
Gelapnya sesal dan hangatnya nasehat
Sebagaimana sang rembulan
Yang kadang harus menggerhanai matahari
Salim A. Fillah dalam buku "Dalam Dekapan Ukhuwah"
cantik ya..
husnudzan itu indah.. husnudzan itu menentramkan.. :')
Kamis, 04 Oktober 2012
LoveLoveLoveStory
#Prolog #Petunjuk Lakuan#
#Part 1 : Pemuda
Pemuda itu… tampak sederhana.
Ketika kau melihatnya, kau akan menemukan apa yang dikenakannya bukan barang
mewah tapi tetap bersih dan wangi. Entah bagaimana caranya mandi karena ia
memang begitu meskipun tanpa mengenakan parfum. Ia tidak terlalu tinggi dengan
rambut tebal, sedikit panjang tapi tidak tampak mengganggu untuk dilihat.
Selepas waktu kuliah, pemuda
itu tak pernah absen mengunjungi masjid. Kalau kau mendengarkan baik-baik, kau
akan terpesona dengan suara adzan yang mengalur indah dari mulutnya.
Selain sebagai muadzin, pemuda
itu juga menjadi guru mengaji bagi pemuda-pemudi yang tinggal di sekitar tempat
kosannya. Mushala kecil itu jadi ramai, dipenuhi para gadis yang tiba-tiba
semangat mengaji ketika pemuda itu yang mengajar. Hahaha
Bukan hanya suara azdannya
yang merdu, bacaan Al Quran yang dilantunkannya juga begitu indah, menyenangkan
untuk didengar. Kau tahu? pemuda itu adalah Qori nomor satu di daerah
rantauannya.
Rantauan… ya pemuda itu
seorang anak rantau dari pulau sebrang, Pulau Sumatera. Anak dari pemuka agama
di desanya. Kau boleh sebut ia seorang mahasiswa teknik elektro plus-plus.
Karena selain kuliah, ia harus memikirkan bagaimana caranya bertahan hidup. Berjualan
jaket himpunan, kaos-kaos event, reparasi alat elektronik, menyewakan kamar
kos, apapun ia lakukan untuk bisa menghasilkan uang.
Rasa ingin tahu yang tinggi
dan kemauannya belajar dari tukang sol sepatu, sampai tukang reparasi alat
elektronik menjadikannya mahir dalam melakukan banyak hal. Wawasannya luas, kau
bisa bertanya apapun padanya.
Tidak seperti pemuda lainnya
yang senang begadang sambil bernyanyi dan bermain gitar, pemuda itu selalu
memilih untuk tidur lebih awal. Di sepertiga malam, ketika teman-temannya baru
akan tidur, kau akan melihat cahaya lampu dari jendela kamarnya di lantai dua.
Pemuda itu bangun untuk shalat dan belajar.
Tapi bukan berarti dia kuper,
silakan tanya siapapun penghuni gang sempit. Tak ada yang tak mengenal pemuda itu.
#Scene 1 : Hari Wisuda
Sampai tiba hari itu.. hari
wisuda… setelah enam tahun lamanya..
Enam tahun, itu waktu yang ia
butuhkan untuk mendapatkan gelar “engineer” nya.
Dengan pakaian rapi, toga dan…
seorang wanita manis berjilbab putih disampingnya, hari itu menjadi hari besar
baginya.
Hah? Wanita? Siapa?
#Part 2 : Wanita
Wanita itu, ya wanita. Kalau
perhatikan, wanita itu sama luar biasanya dengan si pemuda. Ketika kau pergi ke
acara-acara di gang sempit, kau pasti akan melihatnya di setiap pembukaan
acara, membacakan ayat-ayat suci Al Quran.
Ya, wanita itu juga sama,
seorang Qoriah. Jika ada perlombaan, si pemuda adalah juara satu dan wanita ini
juara duanya.. hihi. Wanita ini anak masjid, anak karang taruna. Satu dari
(sangat) sedikit perempuan muda di gang sempit yang begitu disegani para pemuda
karena sulit untuk didekati, menolak untuk
berpacaran.
Sosok mandiri yang
mengorbankan keinginannya berkuliah demi keberlangsungan sekolah adik-adiknya.
Sama dengan si pemuda, ia juga sosok yang sangat sederhana. Bapaknya adalah
seorang PNS lulusan Sekolah Rakyat yang dipercaya karena kejujurannya, Ibunya
adalah seorang ibu rumah tangga yang membantu mencari uang dengan berjualan
makanan.
Bagi keluarganya yang hidup
serba terbatas, yang menganggap bakso adalah makanan mewah, pendidikan adalah
infestasi yang harus diperjuangkan. Dalam segala keterbatasan, keluarga kecil
itu berusaha mendidik anak-anaknya sebaik mungkin sehingga menjadi keluarga
yang disegani karena ilmu dan karakter, bukan karena materi.
#Back to #Scene 1 : Hari
Wisuda
Jadi, hari itu kau akan melihat
si pemuda dan si wanita, bersama di hari kelulusan si pemuda.
Keduanya bahagia, kau bisa
lihat dari sinar mata dan bahasa tubuh mereka.
Di jari manis si pemuda dan si
wanita melingkar cincin emas
Yang terpasang empat hari yang
lalu..
menyatukan mereka untuk
selamanya..
Aamiin :’)
![]() |
Pemuda dan Wanita, kini, selamanya :'D Barakallah Ayah Bunda <3 |
Sabtu, 14 Juli 2012
Shadow
Daun-daun coklat berguguran dari sebatang pohon apel diatas
bukit. Kini hanya tersisa satu saja. Hembusan angin yang ringan mungkin akan
segera membawanya pergi.
Pohon itu mati. Menyisakan bayangan hitam besar yang menutupi
sebagian sisi bukit. Suatu hari ia juga akan menghilang, perlahan-lahan terdenaturasi
oleh alam. Tak tahu kapan.
Pohon apel itu menyerah, menyerah setelah tujuh tahun
lamanya ia bernyanyi, untuk petani kecil yang tinggal di kaki bukit. Ah tapi petani
itu terlalu sibuk bercocok tanam di kaki bukit. Lagipula nyanyian pohon apel
begitu pelan. Tak selalu bisa petani dengar.
Ia tidak mempedulikannya ketika pohon apel kecil mulai
tumbuh di puncak bukit. Tak pernah. Sampai ukurannya cukup besar untuk
menerbangkan dedaunan hingga ke atap rumahnya. Sampai akhirnya pohon itu
berhenti bernyanyi. Sampai ia mati.
Petani itu kemudian berjalan ke sana, dan meletakkan
sebatang bungan Daisy di bawah pohon apel mati.
Petani itu tidak merasa kehilangan. Sungguh tidak. Ia hanya
merasa sedikit kasihan. Pohon apel yang malang..
Semenjak itu pohon-pohon lain bergantian tumbuh di atas
bukit, pohon kayu putih, kenari.. setahun, tiga tahun.. sampai akhirnya mereka
juga mati.
Petani masih tak peduli. Ia masih sibuk bercocok tanam di
kaki bukit.
Hingga kemarau panjang tiba. Panjaaaang sekali.
Bukit yang hijau menjadi kering. Tak ada lagi air untuk mengairi
ladanganya. Tak ada satupun tunas tanaman di ladang yang tumbuh, semuanya mati. Persediaan makanan semakin menipis, dan petani jatuh sakit.
Hingga pada suatu hari datang seorang pemuda mengetuk pintu
rumahnya yang kecil. Petani mengizinkannya masuk. Tanpa berkenalan si pemuda
langsung berkata…
“ini semua kesalahanmu, kau sakit karena salahmu sendiri”
Petani hanya mengerenyit
“siapa dirimu? Dan apa maksudmu? Kemarau itu bukan aku yang
buat!”
“memang bukan, tapi jika saja kau bisa lebih peka, jika saja
bisa.. bukit ini dan seluruh daerah disekitarnya akan tetap hijau meskipun
kemarau panjang tiba”.
“aku masih tak mengerti, dimana letak kesalahanku??”
“pohon-pohon itu, yang bergantian tumbuh diatas bukit..
mengapa kau tak pernah menghiraukan mereka?”
Bayangan petani berlari pada pohon apel yang mati. Kini batang
mati pohon itu sudah tak bersisa dimakan waktu dan kemarau panjang.
“aku.. tak bisa!”
“alasan.. padahal nyanyian mereka yang ditujukan untukmu
itu, berisi pesan untuk hujan. Akar mereka menancap kuat kedalam tanah, ranting
mereka dekat dengan langit. Mereka menyanyi hingga mendatangkan hujan untukmu..
tapi tidak pernah kau dengarkan.. bahkan tidak sekalipun kau sapa mereka..”
Lalu pemuda itu pergi begitu saja.
Dengan sisa kekuatan, petani kecil berjalan.. berjalan terus
ke puncak bukit. Sambil menangis…
Lalu ia menggali, dan menggali.. dari saku bajunya yang
lusuh ia keluarkan sebuah biji. Biji jeruk.
“hanya ini yang kupunya.. maukah kau tumbuh menggantikan
mereka.. ”.
Petani kecil kemudian menanamnya, dan menyiramnya dengan air
mata. Setiap hari ia pergi untuk berdoa didekatnya. Berharap tunas itu akan
muncul diatas bukit yang semakin coklat.
17 bulan berlalu.. kemarau panjang belum juga berhenti. Sudah
seminggu petani tak memiliki kekuatan lagi untuk pergi keluar rumah dan
menengok ke atas bukit seperti biasa.
Ia hanya memandangi bukit dari jendela kamarnya…
“akankah tumbuh, akankah tumbuh, ya Tuhan..” petani kecil
menangis lagi.
Diatas bukit, muncul siluet kecil.. apakah tunas itu tumbuh?
Petani tak tahu..
Ia hanya berharap ada yang datang, membawakan sedikit air
dan makanan. Membawakan kabar gembira bahwa masih ada harapan.
Tapi sayang.. matanya kabur. Dan semuanya menjadi gelap.
(image source : t3.gstatic.com)
Langganan:
Postingan (Atom)