Halaman

Tampilkan postingan dengan label cinta?. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cinta?. Tampilkan semua postingan

Senin, 14 November 2016

Untuk Kakak #1

Seperti Ayahmu yang kehadirannya tak pernah Bunda duga namun selalu diharapkan,

dalam banyak do'a-do'a panjang, yang rupanya Ia kabulkan sekaligus dalam satu tahun masehi ini.

Kalian adalah anugerah sekaligus cobaan, yang menguji timbangan kufur dan syukur dalam hati Bunda.

Keberadaanmu mengajarkan Bunda arti sabar, sayang dan cinta.

Tak pernah Bunda mengira, bahwa foto Ayahmu dan rekaman suaranya --iya, Ayahmu, laki-laki yang namanya baru saja Bunda kenal tak lama sebelum dirimu ada-- adalah obat paling mujarab saat Bunda demam, lemas, atau tak bisa berbicara karena harus mengatur nafas agar tidak memuntahkan makanan yang baru saja Bunda makan.

Terimakasih Kakak atas kehidupanmu di rahim Bunda, terimakasih sudah tumbuh dan berkembang dengan sehat :)



   2016.11.09 - 18:53

Jumat, 26 Agustus 2016

The Stranger


Mungkin akan tiba suatu masa dalam hidup seorang gadis di mana “cinta” bukan substansi utama, layaknya sebagian besar tema lagu-lagu hits kekinian dari jaman dahulu kala
Mungkin akan tiba suatu masa dalam hidup seorang gadis di mana kata “sayang” menjadi sesuatu yang belum teridentifikasi, layaknya benih yang akan tumbuh seiring berjalannya waktu
Mungkin akan tiba suatu masa dalam hidup seorang gadis di mana galau menjadi satu kata bias tak bermakna, menyisakan tawa konyol atas kesia-siaan waktu yang pernah terbuang

Saat itu adalah saat di mana sang orang asing yang baru saja menyentuh hidupnya tetiba menjadi “the coolest man on earth that I’ve ever known” yang dengan gagah berani mengambil alih tanggung jawab sang gadis dari Ayahnya melalui perjanjian antara ia dengan Tuhan.

Saat itu adalah saat di mana pintu cinta dan sayang Tuhan bukakan sepenuhnya, membiarkannya mengalir deras mengiringi waktu hingga maut memisahkan, tanpa keraguan, tanpa kesia-siaan.





Minggu, 08 September 2013

Inilah Akhirnya

Inilah akhirnya harus ku akhiri
Sebelum rasa itu semakin dalam
Maafkan diriku, memilih setia
Meski ku tak tahu kelak
Siapakah dirinya..


Perkembangan afektif yang terlambat mungkin berdampak pada “ketidakpekaan” terutama dalam hal yang berkaitan dengan perasaan terhadap lawan jenis. Sampai seorang teman (laki-laki pula) pernah berkata “lain kali, ketika ada seorang laki-laki yang menaruh perhatian, tolong jangan di cuekin”.

Cinta atau sayang adalah kata-kata abstrak yang sulit di definisikan dengan serangkaian kalimat. Butuh waktu bertahun-tahun sampai akhirnya aku menyadari hal itu, dan ternyata rasanya tidak mengenakkan. Perasaan sayang atau cinta yang menurut sebagian besar orang adalah fitrah-dari-Yang-Maha-Kuasa ternyata justru terasa menyakitkan dan membuat tidak nyaman, ketika ditujukan pada orang yang belum hak. Dan ketika dikuasai oleh perasaan seperti itu, diriku berada pada titik jahiliyah, bersikap labil, dan… sangat memalukan.

Selain perasaan berdosa pada Sang Pencipta, ada perasaan bersalah pada subjek-entah-dimana yang dengan husnudzonnya aku yakin ia sedang menjaga sekuat tenagaa kesucian hatinya hingga kami di pertemukan kelak. Nah, layakkah kiranya jika ia mempersembahkan hatinya yang bersih untukku ketika hatiku sudah pernah terkotori dengan perasaanku untuk orang lain selain ia?

Terkadang aku bertanya, mengapa Ia tidak langsung saja mempertemukanku dengannya sehingga cukup sekali saja aku dibuat jatuh cinta oleh seseorang, sekali untuk selamanya?.

Tidak ada pertemuan yang kebetulan... tidak ada! Karena skenarioNya begitu sempurna. Mungkin saja Ia ingin aku belajar, dan mungkin saja rasa itu ujian. Ujian sulit (saaangat sulit) yang diberikan untuk menguji keteguhan hatiku, seberapa jauh aku bisa menjaganya nan memanagenya. Atau ujian yang diberikan agar aku bisa memaknai sendiri dan menghargai bentuk perasaan itu.

Sains memang bisa menjelaskan bahwa cinta adalah konsekuensi dari meningkatnya oksitosin, dopamin, dan vasopressin dalam otak. Tapi sains tidak mampu menjelaskan dengan pasti mengapa senyawa-senyawa itu meningkat konsentrasinya ketika dihadapkan dengan subjek yang sarat dengan kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Ya, aku rasa.. cinta memang fitrah-dari-Yang-Maha-Kuasa maka dari itu ia harus di jaga.

Seringkali aku bersyukur menjadi manusia tak peka. Cukup kiranya aku pernah mengetahui rasa itu. Kini aku sedang berusaha dan belajar untuk menghargai dan menjaganya, tak sembarangan membiarkannya menguasai hatiku meski kuakui itu sama sekali tak mudah... Menunggu seseorang-entah-siapa yang dapat membuat denyut nadiku meningkat dan pupilku berdilatasi hanya dengan berada di dekatnya. Dengan halal dan tanpa rasa bersalah tentunya.. :)





Selasa, 23 Juli 2013

Aku suka, sukaaa semuanya

"Nggak usah ngeluarin uang untuk kasih aku oleh-oleh, cukup bawain aja segenggam pasir, beberapa helai daun dan bunga kering, biji-bijian atau batu kerikil :)"

Alasan yang sentimentil, karena dari segenggam pasir aku bisa membayangkan wajahnya, seberapa indah rupanya, seberapa landai, seberapa dangkal airnya, organisme apa saja yang tinggal di bawahnya dan seberapa besar ombaknya..

Dari beberapa helai daun, bunga kering dan biji-bijian aku bisa membayangkan kanopinya, siulet yang dibuatnya dan dedaunannya yang jatuh dimainkan angin..

Dari beberapa batu kerikil aku bisa membayangkan rupa daratannya, warna permukaannya, seolah-olah aku berada di sana, melihat apa yang kau lihat, merasakan apa yang kau rasakan.. :D

Rasa sukaku pada benda-benda itu hampir sama dengan rasa sukaku terhadap benda-benda buatan tangan entah itu sekedar coretan, gambar iseng sampai karya yang dibuat dengan serius. Jadi, ketika ada orang-orang yang memberikanku sesuatu, entah kado atau apapun, ucapan kecil berupa tulisan tangan sang pemberi yang terkadang terselip didalamnya pasti kuarsipkan dengan baik :)

Bagiku, terkadang sebuah karya kecil, coretan, atau gambar iseng memiliki nilai yang lebih berharga. Seringkali aku merefleksikannya pada diriku sendiri, karena ketika aku memberikan sesuatu yang kubuat dengan tanganku, selama proses pembuatannya aku pasti memikirkan orang yang akan menerimanya, jadi sebenarnya tak ada yang tak spesial lho... kutitipkan sebuah perasaan pada setiap karya yang kubuat... :)
(jadi kalau karyanya jelek berarti saat itu moodku sedang nggak bagus, hahaha :D)

Tapi bukan berarti selalu begitu, akhir-akhir ini aku disadarkan kalau ternyata benda yang di buat dengan mesin-pun, ketika dibeli dengan hati akan sama spesialnya dengan benda buatan tangan. Apalagi ketika memikirkan bagaimana usaha sang pemberi untuk mendapatkannya, menimang dan memilih kira-kira apa yang akan disukai oleh sang penerima.. :)

Terimakasih ya sahabat-sahabatku atas semua yang kalian berikan dan perasaan kalian yang kalian titipkan di dalamnya. Bagiku, tak ada yang tak berharga 
Semoga Allah membalas apa yang kalian berikan dengan sebaik-baik balasan :)


Special thanks to :
 Hajah Sofyamarwa Rachmawati 
-kyaaaa aku dikasih kotak yang cerdas dan surat cintaaaaa akan kusimpan baik-baik inshaaAllah XD :*
Cacingski Nissa Rachmidwiati
-senyum-seyum sendiri tiap liat lukisanmu haghag #tapitetaptidakadaketjupbagimu #fuh

Kalau pasir biasanya aku masukin botol kayak gini :)






Senin, 13 Mei 2013

Aku Cinta


Jika aku diberi kesempatan untuk hidup, lalu mati, lalu hidup lalu mati lagi
Demikian berulang-ulang
Maka tak akan pernah sanggup seluruh saraf dalam otak ini menekuri seluruh pengetahuanNya yang Ia hamparkan dari perut bumi hingga alam semesta

Setiap kali mengingat betapa sulitnya sepercik ilmu masuk berjejalan dalam otak
Menyambungkan antara akson satu dengan dendrite lain
Maka nafas ini menjadi sesak tak karuan

Yang aku rasakan, Allah telah menunjukkan singgasana kebesaranNya melalui setiap kilasan ilmu yang Ia perkenalkan padaku

Ketika itu diriku ciut bagai tak berbobot, kecil tak berarti
Tanpa sadah aku telah jatuh cinta
Terpukau menyadari ketidakberdayaan diri
Lalu menanggis megap-megap karena aku tak kuasa berenang dalam samudra ilmuNya yang luasnya meliputi langit dan bumi

Maka setiap kali Ia memercikkan kesadaran itu sekejap saja
Mataku terjaga dari tidur dan menangis meratap-ratap

Allahuakbar, jika saja Kau berkenan, izinkan sepercik kekayaan yang Kau sisipkan dalam tempurung kepalaku untuk kubagi dengan manusia lain

Dalam ilmu, kutemukan cinta
Dalam ilmu, kutemukan cintaNya mengalir lembut melingkupi setiap detik hidupKu
Makhluk yang bahkan tidak dapat menjelaskan mengenai eksistensi dirinya sendiri

Senin, 08 April 2013

Saat itu pasti merupakan saat yang luar biasa


Saat itu pasti merupakan saat yang luar biasa
Ketika Ia berkehendak untuk mempertemukanmu denganku
Dalam skenarioNya yang tanpa cacat dan tanpa cela
Di atas bumiNya yang sempit, setelah sekian lama semenjak ruh kita ditakdirkan untuk bersama
Lalu kau dan aku dilahirkan dalam raga yang terpisah jarak dan waktu, dan masing-masing tumbuh dengan tempaan yang berbeda

Saat itu pasti merupakan saat yang luar biasa
Ketika aku mencoba melihat dunia dari matamu, dan kau dari mataku
Mencoba memahami duniaku yang penuh dengan kanak-kanak, pelangi, hujan dan bintang
Memahami bentuk kebahagiaanku yang sederhana, seperti mencoba memasak sesuatu yang baru, menciptakan benda-benda aneh, berjalan menyusuri trotoar, jalan setapak, hutan atau pinggiran rel
Berkelana dari satu tempat ke tempat yang lain, atau sekedar menerka makna kehidupan dalam bus-bus, kereta ekonomi dan ramainya pasar
Sama seperti ketika aku berusaha memahami duniamu, memahami bentuk kebahagiaanmu

Saat itu pasti merupakan saat yang luar biasa
Ketika mimpimu dan mimpiku menjadi bagian dari mimpi kita
Melengkapi satu sama lain, membuat segala sesuatunya berwujud, bukan sekedar wacana
Menciptakan pola-pola cantik yang kita goreskan dalam lembar kehidupan kita yang pendek
Membentuk gambaran tegas mengenai apa yang kita cita-citakan untuk masa depan, mempersiapkan titipan apa kiranya yang bisa kita wariskan untuk ummat
Dua manusia kecil dengan mimpi-mimpi yang besar

Saat itu pasti merupakan saat yang luar biasa
Ketika kau berada di depanku, cahayaku, menuntunku melewati kegelapan
Meski tak selalu terang benderang karena kau manusia, tak sempurna, sama seperti aku
Maka aku ada di belakangmu, menjadi sandaran ketika kau lelah
Beristirahat sejenak dalam perjalanan kita yang jauh untuk mencapai tujuan

Saat itu pasti merupakan saat yang luar biasa
Ketika keberadaanmu menjadi sebuah bentuk rasa syukurku yang tak terkira padaNya
Ketika rasa cintaku padamu menambah rasa cintaku padaNya berkali-kali lipat
Maka ketika Ia berkehendak
Tidak waktu, tidak jarak, tidak pula keadaan yang dapat menghalangimu untuk menjemputku
Wahai pemimpinku yang kurindukan, manusia yang bersamanya aku menjadi lebih baik

Jumat, 16 November 2012

Path

Ketika langkah kita terasa sulit, ada baiknya kita mengevaluasi diri
Mungkin saja niat kita belum tepat
Mungkin teknis pelaksanaannya yang masih salah
Atau mungkin suatu hari nanti, akan timbul dampak negatif dari apa yang kita lakukan 
bagi diri kita dan orang lain
Kita tak tahu..

Ketika langkah kita terasa begitu mulus dan mudahnya, ada baiknya kita juga mengevaluasi diri
Apakah Allah memberikannya dengan penuh keridhoan
Atau jangan-jangan kenikmatan itu Ia lemparkan ke hadapan kita karena terlalu tergesa-gesa meminta?

Entah bagaimana skenarioNya akan membawa kita
Menuntun langkah pada tempat yang tepat
Mempertemukan kita dengan makhluknya yang tepat
Tanpa cela
Tanpa cacat

Tapi.. bukan berarti lantas kita pasrah lalu diam
Rangkaian rencana itu harus kita buat
Setiap tingkatan itu harus kita perjuangkan
Karena tawakal ada setelah ikhtiar
Tawakal ada setelah do’a

Merajut mimpi
Merajut cinta

Ketika Ia berkata bahwa “dirimu belum siap”
Seberapa keraspun perjuangan kita, hal itu tak akan pernah terjadi

Itu semua, semata-mata karena Allah sayang pada kita
Karena Ia maha mengetahui
Apa yang terbaik bagi setiap diri kita

Bismillah… semoga hati ini selalu bisa berhusnudzon pada setiap keputusanNya :)





Minggu, 28 Oktober 2012

Khilaf, Benci dan Cinta

Seorang kawan, dalam doa dan salamnya
Di berlalunya seperempat abad usiaku
Kembali mengenangkanku sebuah kaidah
"Bencilah kesalahannya
tapi jangan kau benci orangnya"

Betulkah aku sudah mampu begitu
Pada saudaraku, pada keluargaku
Pada para kekasih yang kucinta?
Saat mereka terkhilaf dan disergap malu
Betulkah kemaafanku telah tertakdir
Mengiringi takdir kesalahan mereka?

Tapi itulah yang sedang kuperjuangkan
Dalam setiap ukhuwwah dan cinta
Dalam tiap ikatan yang Allah jadi saksinya

Karena aku tahu, bahwa terhadap satu orang
Aku selalu mampu membenci luputnya
Tapi tetap cinta dan sayang pada pelakunya
Itulah sikapku selalu, pada diriku sendiri

Kucoba cerap lagi kekata Asy Syafi'i
"Aku mencintai orang-orang shalih"

Begitu katanya diiringi titik air mata
"Meski aku bukanlah bagian dari mereka
dan aku membenci para pemaksiatNya
merki aku tak berbeda dengan mereka"

Ya.. mungkin dia benar

Tapi dalam tiap ukhuwwah dan cinta
Dalam tiap ikatan yang Allah jadi saksinya
Aku ingin meloncat ke hakikat yang lebih tinggi

Karena tiap orang beriman tetaplah rembulan
Memiliki sisi kelam,
Yang tak pernah ingin ditampakkannya pada siapapun
Maka cukuplah bagiku
Memadang sang bulan
Pada sisi cantik yang menghadap ke bumi

Tentu, tanpa kehilangan semangat
Untuk selalu berbagi dan sesekali merasai
Gelapnya sesal dan hangatnya nasehat
Sebagaimana sang rembulan
Yang kadang harus menggerhanai matahari


Salim A. Fillah dalam buku "Dalam Dekapan Ukhuwah"

cantik ya.. 
husnudzan itu indah.. husnudzan itu menentramkan..  :')

Kamis, 04 Oktober 2012

LoveLoveLoveStory



#Prolog #Petunjuk Lakuan#

#Part 1 : Pemuda

Pemuda itu… tampak sederhana. Ketika kau melihatnya, kau akan menemukan apa yang dikenakannya bukan barang mewah tapi tetap bersih dan wangi. Entah bagaimana caranya mandi karena ia memang begitu meskipun tanpa mengenakan parfum. Ia tidak terlalu tinggi dengan rambut tebal, sedikit panjang tapi tidak tampak mengganggu untuk dilihat. 

Selepas waktu kuliah, pemuda itu tak pernah absen mengunjungi masjid. Kalau kau mendengarkan baik-baik, kau akan terpesona dengan suara adzan yang mengalur indah dari mulutnya.

Selain sebagai muadzin, pemuda itu juga menjadi guru mengaji bagi pemuda-pemudi yang tinggal di sekitar tempat kosannya. Mushala kecil itu jadi ramai, dipenuhi para gadis yang tiba-tiba semangat mengaji ketika pemuda itu yang mengajar. Hahaha

Bukan hanya suara azdannya yang merdu, bacaan Al Quran yang dilantunkannya juga begitu indah, menyenangkan untuk didengar. Kau tahu? pemuda itu adalah Qori nomor satu di daerah rantauannya.

Rantauan… ya pemuda itu seorang anak rantau dari pulau sebrang, Pulau Sumatera. Anak dari pemuka agama di desanya. Kau boleh sebut ia seorang mahasiswa teknik elektro plus-plus. Karena selain kuliah, ia harus memikirkan bagaimana caranya bertahan hidup. Berjualan jaket himpunan, kaos-kaos event, reparasi alat elektronik, menyewakan kamar kos, apapun ia lakukan untuk bisa menghasilkan uang.

Rasa ingin tahu yang tinggi dan kemauannya belajar dari tukang sol sepatu, sampai tukang reparasi alat elektronik menjadikannya mahir dalam melakukan banyak hal. Wawasannya luas, kau bisa bertanya apapun padanya.

Tidak seperti pemuda lainnya yang senang begadang sambil bernyanyi dan bermain gitar, pemuda itu selalu memilih untuk tidur lebih awal. Di sepertiga malam, ketika teman-temannya baru akan tidur, kau akan melihat cahaya lampu dari jendela kamarnya di lantai dua. Pemuda itu bangun untuk shalat dan belajar.

Tapi bukan berarti dia kuper, silakan tanya siapapun penghuni gang sempit. Tak ada yang tak mengenal pemuda itu.


#Scene 1 : Hari Wisuda

Sampai tiba hari itu.. hari wisuda… setelah enam tahun lamanya..

Enam tahun, itu waktu yang ia butuhkan untuk mendapatkan gelar “engineer” nya. 
Dengan pakaian rapi, toga dan… seorang wanita manis berjilbab putih disampingnya, hari itu menjadi hari besar baginya.

Hah? Wanita? Siapa?


#Part 2 : Wanita

Wanita itu, ya wanita. Kalau perhatikan, wanita itu sama luar biasanya dengan si pemuda. Ketika kau pergi ke acara-acara di gang sempit, kau pasti akan melihatnya di setiap pembukaan acara, membacakan ayat-ayat suci Al Quran.

Ya, wanita itu juga sama, seorang Qoriah. Jika ada perlombaan, si pemuda adalah juara satu dan wanita ini juara duanya.. hihi. Wanita ini anak masjid, anak karang taruna. Satu dari (sangat) sedikit perempuan muda di gang sempit yang begitu disegani para pemuda karena sulit untuk didekati, menolak untuk  berpacaran.

Sosok mandiri yang mengorbankan keinginannya berkuliah demi keberlangsungan sekolah adik-adiknya. Sama dengan si pemuda, ia juga sosok yang sangat sederhana. Bapaknya adalah seorang PNS lulusan Sekolah Rakyat yang dipercaya karena kejujurannya, Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang membantu mencari uang dengan berjualan makanan.

Bagi keluarganya yang hidup serba terbatas, yang menganggap bakso adalah makanan mewah, pendidikan adalah infestasi yang harus diperjuangkan. Dalam segala keterbatasan, keluarga kecil itu berusaha mendidik anak-anaknya sebaik mungkin sehingga menjadi keluarga yang disegani karena ilmu dan karakter, bukan karena materi.


#Back to #Scene 1 : Hari Wisuda

Jadi, hari itu kau akan melihat si pemuda dan si wanita, bersama di hari kelulusan si pemuda.

Keduanya bahagia, kau bisa lihat dari sinar mata dan bahasa tubuh mereka.

Di jari manis si pemuda dan si wanita melingkar cincin emas
Yang terpasang empat hari yang lalu..
menyatukan mereka untuk selamanya..

Selamanya..
Aamiin :’)

Pemuda dan Wanita, kini, selamanya :'D
Barakallah Ayah Bunda <3



Sabtu, 14 Juli 2012

Shadow


Daun-daun coklat berguguran dari sebatang pohon apel diatas bukit. Kini hanya tersisa satu saja. Hembusan angin yang ringan mungkin akan segera membawanya pergi.

Pohon itu mati. Menyisakan bayangan hitam besar yang menutupi sebagian sisi bukit. Suatu hari ia juga akan menghilang, perlahan-lahan terdenaturasi oleh alam. Tak tahu kapan.

Pohon apel itu menyerah, menyerah setelah tujuh tahun lamanya ia bernyanyi, untuk petani kecil yang tinggal di kaki bukit. Ah tapi petani itu terlalu sibuk bercocok tanam di kaki bukit. Lagipula nyanyian pohon apel begitu pelan. Tak selalu bisa petani dengar.

Ia tidak mempedulikannya ketika pohon apel kecil mulai tumbuh di puncak bukit. Tak pernah. Sampai ukurannya cukup besar untuk menerbangkan dedaunan hingga ke atap rumahnya. Sampai akhirnya pohon itu berhenti bernyanyi. Sampai ia mati.

Petani itu kemudian berjalan ke sana, dan meletakkan sebatang bungan Daisy di bawah pohon apel mati.
Petani itu tidak merasa kehilangan. Sungguh tidak. Ia hanya merasa sedikit kasihan. Pohon apel yang malang..

Semenjak itu pohon-pohon lain bergantian tumbuh di atas bukit, pohon kayu putih, kenari.. setahun, tiga tahun.. sampai akhirnya mereka juga mati.

Petani masih tak peduli. Ia masih sibuk bercocok tanam di kaki bukit.

Hingga kemarau panjang tiba. Panjaaaang sekali.

Bukit yang hijau menjadi kering. Tak ada lagi air untuk mengairi ladanganya. Tak ada satupun tunas tanaman di ladang yang tumbuh, semuanya mati. Persediaan makanan semakin menipis, dan petani jatuh sakit.

Hingga pada suatu hari datang seorang pemuda mengetuk pintu rumahnya yang kecil. Petani mengizinkannya masuk. Tanpa berkenalan si pemuda langsung berkata…

“ini semua kesalahanmu, kau sakit karena salahmu sendiri”

Petani hanya mengerenyit
“siapa dirimu? Dan apa maksudmu? Kemarau itu bukan aku yang buat!”

“memang bukan, tapi jika saja kau bisa lebih peka, jika saja bisa.. bukit ini dan seluruh daerah disekitarnya akan tetap hijau meskipun kemarau panjang tiba”.

“aku masih tak mengerti, dimana letak kesalahanku??”

“pohon-pohon itu, yang bergantian tumbuh diatas bukit.. mengapa kau tak pernah menghiraukan mereka?”

Bayangan petani berlari pada pohon apel yang mati. Kini batang mati pohon itu sudah tak bersisa dimakan waktu dan kemarau panjang.

“aku.. tak bisa!”

“alasan.. padahal nyanyian mereka yang ditujukan untukmu itu, berisi pesan untuk hujan. Akar mereka menancap kuat kedalam tanah, ranting mereka dekat dengan langit. Mereka menyanyi hingga mendatangkan hujan untukmu.. tapi tidak pernah kau dengarkan.. bahkan tidak sekalipun kau sapa mereka..”

Lalu pemuda itu pergi begitu saja.

Dengan sisa kekuatan, petani kecil berjalan.. berjalan terus ke puncak bukit. Sambil menangis…

Lalu ia menggali, dan menggali.. dari saku bajunya yang lusuh ia keluarkan sebuah biji. Biji jeruk.

“hanya ini yang kupunya.. maukah kau tumbuh menggantikan mereka.. ”.

Petani kecil kemudian menanamnya, dan menyiramnya dengan air mata. Setiap hari ia pergi untuk berdoa didekatnya. Berharap tunas itu akan muncul diatas bukit yang semakin coklat.

17 bulan berlalu.. kemarau panjang belum juga berhenti. Sudah seminggu petani tak memiliki kekuatan lagi untuk pergi keluar rumah dan menengok ke atas bukit seperti biasa.

Ia hanya memandangi bukit dari jendela kamarnya…
“akankah tumbuh, akankah tumbuh, ya Tuhan..” petani kecil menangis lagi.

Diatas bukit, muncul siluet kecil.. apakah tunas itu tumbuh? Petani tak tahu..
Ia hanya berharap ada yang datang, membawakan sedikit air dan makanan. Membawakan kabar gembira bahwa masih ada harapan.

Tapi sayang.. matanya kabur. Dan semuanya menjadi gelap.

(image source : t3.gstatic.com)