Halaman

Minggu, 28 Oktober 2012

Khilaf, Benci dan Cinta

Seorang kawan, dalam doa dan salamnya
Di berlalunya seperempat abad usiaku
Kembali mengenangkanku sebuah kaidah
"Bencilah kesalahannya
tapi jangan kau benci orangnya"

Betulkah aku sudah mampu begitu
Pada saudaraku, pada keluargaku
Pada para kekasih yang kucinta?
Saat mereka terkhilaf dan disergap malu
Betulkah kemaafanku telah tertakdir
Mengiringi takdir kesalahan mereka?

Tapi itulah yang sedang kuperjuangkan
Dalam setiap ukhuwwah dan cinta
Dalam tiap ikatan yang Allah jadi saksinya

Karena aku tahu, bahwa terhadap satu orang
Aku selalu mampu membenci luputnya
Tapi tetap cinta dan sayang pada pelakunya
Itulah sikapku selalu, pada diriku sendiri

Kucoba cerap lagi kekata Asy Syafi'i
"Aku mencintai orang-orang shalih"

Begitu katanya diiringi titik air mata
"Meski aku bukanlah bagian dari mereka
dan aku membenci para pemaksiatNya
merki aku tak berbeda dengan mereka"

Ya.. mungkin dia benar

Tapi dalam tiap ukhuwwah dan cinta
Dalam tiap ikatan yang Allah jadi saksinya
Aku ingin meloncat ke hakikat yang lebih tinggi

Karena tiap orang beriman tetaplah rembulan
Memiliki sisi kelam,
Yang tak pernah ingin ditampakkannya pada siapapun
Maka cukuplah bagiku
Memadang sang bulan
Pada sisi cantik yang menghadap ke bumi

Tentu, tanpa kehilangan semangat
Untuk selalu berbagi dan sesekali merasai
Gelapnya sesal dan hangatnya nasehat
Sebagaimana sang rembulan
Yang kadang harus menggerhanai matahari


Salim A. Fillah dalam buku "Dalam Dekapan Ukhuwah"

cantik ya.. 
husnudzan itu indah.. husnudzan itu menentramkan..  :')

Selasa, 16 Oktober 2012

Diorama SMA


Setiap orang memiliki masa lalunya masing-masing, memiliki kisahnya masing-masing. Semuanya pasti pernah merasakan jatuh, pernah merasa tak yakin, pernah merasa kecewa, atau mungkin pernah dikhianati… Begitulah hidup... Indah bukan?

Saat itu aku resmi menjadi siswi akselerasi setelah melewati beberapa tahapan tes dan wawancara. Kami berdua, aku dan Fathimah menghabiskan tahun kedua melahap mata pelajaran kelas VIII dan IX sekaligus. Saat itu sistem yang berlaku di sekolah kami adalah moving class . Pelajaran seperti seni rupa dan sosial kami skip dan kami ganti dengan mata pelajaran eksak yang akan di UANkan.

Aku sendiri tak pernah berencana akan menjadi anak aksel. Sama sekali tak menyangka energi kenakalan dan sifat “keras kepala akut” ku bisa dialihkan dengan belajar… Hahaha

Ketika itu aku menjalaninya dengan trial and error. Tak punya goal yang signifikan dan tak punya gambaran mengenai apa yang akan terjadi kedepannya. Hingga akhirnya tiba hari UAN yang ada di pikiranku cuma ini : lulus Alhamdulillah.. nggak lulus juga nggak masalah yang penting dicoba.. hehe

Singkat cerita akhirnya masa itu selesai dan keluarlah hasil UAN. Ternyata NEM ku biasa-biasa aja, meskipun tak meleset jauh dari prediksiku. Sayangnya NEMku kurang 0,5 dari syarat masuk SMA terbaik di kota Cimahi. Dengan berat hati aku terpaksa memilih salah satu SMA di cluster 2. Dan akhirnya aku memilih salah satunya dengan alasan : disana organisasi ekstra kulikulernya bagus dan lebih banyak. That’s it!

Aku bisa melihat kekecewaan dari kedua orang tuaku, terutama Ayah. Tapi selama bersekolah disana aku menemukan guru-guru yang luar biasa, yang mengajarkan siswanya dengan hati. Dan sahabat-sahabatku  yang luar biasa, yang memiliki semangat juang tak kalah dengan siswa-siswa unggulan. Selain untuk belajar, sisa waktuku kuhabiskan di rohis dan OSIS. Rasanya menyenangkan :D

Semester pertama bersekolah aku mendapatkan prestasi yang sangat memuaskan. Aku dekat dengan guru-guruku dan temanku banyak. Sedikit mengobati kekecewaan ayah. Tapi sepertinya memang hanya sedikit.. hehe

Dengan modal yang kudapatkan di SMAku yang lama, di pertengahan semester dua, dengan sangat tiba-tiba aku dipindahkan ke SMA terbaik di Kota Cimahi. Alasannya sekolah itu jaraknya lebih dekat dari rumah (10 menit jalan kaki) dibandingkan SMAku yang lama. Tentu alasan utamanya adalah demi masa depan (?), karena saat itu SMA yang Ayah pilihkan merupakan sekolah unggulan.

Dulu mungkin aku benar-benar ingin bersekolah disana tapi meninggalkan kehidupanku di SMAku yang lama rasanya juga tidak mudah. Untungnya aku masih bisa berkunjung sepuas hati untuk bertemu guru-guruku, mereka begitu baik hati menyambutku, mendengar cerita-ceritaku sambil duduk-duduk di taman sekolah…  dan sahabat-sahabatku yang luar biasa itu beberapa kali menyempatkan diri untuk berkunjung kerumahku meskipun jaraknya jauh dari sekolah…#terharu

Seperti yang kuduga, menjadi seorang anak pindahan itu bukan hal yang mudah. Apalagi ketika dirimu adalah seorang anak pindahan dari sekolah yang biasa-biasa saja. Saat itu aku dipandang sebelah mata. Jika kami disuruh membuat kelompok tugas, aku selalu mendapatkan kelompok “sisa”. Hahaha

Saat itu aku bukannya tak mengerti.. Aku cukup tahu diri dan bersabar.. just wait and see guys :p 

Yang paling menyakitkan, nilai yang telah kukumpulkan setengah semester sebelumnya tidak diakui. Agka-angka dalam berkas-berkas yang sudah disiapkan oleh wali kelasku sebelumnya selalu mendapat pandangan sinis. Padahal kurikulum yang diajarkan sama, tapi kualitasnya dianggap tidak memenuhi standar yang berlaku di SMAku yang baru.

“Saya tidak bisa percaya kalau hanya sekedar angka, saya butuh bukti” atau

“Benar nilai yang kamu dapatkan kemarin sebesar ini? Yang ini tidak bisa saya masukkan kedalam raport. Yang akan saya masukkan mulai dari ujian minggu depan”

Mungkin memang seharusnya begitu.. tapi rasanya sakit juga, padahal saat itu aku selalu mengerjakan tugasku dan ujianku dengan sungguh-sungguh. Mau tak mau aku harus berjuang mengumpulkan nilai di sisa waktu setengah semester untuk dituliskan dalam buku raport ku. Hmm…

Aku tak peduli orang melihatku seperti apa, memandangku seperti apa. Yang bisa kulakukan hanya berikhtiar semaksimal mungkin, berdoa… dan jujur (satu hal yang Fathimah ajarkan padaku selama masa akselerasi, hanya dengan mencontohkan, jazakillah Fathim J ).

Tanpa terasa setengah semester berlalu. Saatnya pengumuman ranking...

Pengumuman ranking 3 besar dan juara umum diumumkan ketika upacara bendera. Siswa kelas X yang mendapatkan ranking 3 besar mendapatkan penghargaan dan berhak masuk ke kelas unggulan XI IPA 5… Kelas unggulan.. hhmm.. tak bisa dipungkiri, banyak yang berhasrat untuk masuk kesana..

Aku sih boro-boro mikirin kelas unggulan.. aku pasrah, super pasrah..  tapi ternyata Allah itu memang luar biasa! aku diumumkan mendapatkan ranking 7! Sedikit kecewa, tapi sedikit kaget juga. Ternyata nilai yang hanya kukumpulkan dalam waktu setengah semester cukup signifikan. Alhamdulillah..

Setelah seremoni itu berlangsung teman-temanku mulai kasak-kusuk di kelas.. kenapa? Adakah yang salah?

Eits, ternyata ada yang salah dalam penghitungan skor akhir rapot. Beberapa anak yang rajin menghitung ulang jumlah skor raportnya menemukan kesalahan pada jumlah total. akhirnya tanpa diberi aba-aba kami sekelas menghitung ulang raport kami masing-masing (dan raport temannya bagi yang hobi) dan kami membuat urutan total skor mulai dari yang terbesar (ranking 1). Karena sudah merasa pasrah dan sudah merasa cukup bersyukur dengan urutan ke 7, aku tak begitu antusias, kubiarkan temanku yang menghitung ulang skor raportku.

“Nis, selisih skormu 12. Kamu harusnya ranking 3, bukan ranking 7!”.

Apaaaaaaa???!! Allahuakbar!!.

Kami  langsung menuju ruang guru, menyerahkan hasil penghitungan skor ulang. Dapat ranking 3 itu rasanya seperti menang jadi arang kalah jadi abu. Wali kelasku tak bisa berbuat apa-apa (?) pengumuman telah diluncurkan, piagam telah dicetak dan keputusan mengenai siapa saja penghuni kelas unggulan sudah terlanjur dibuat. Akhirnya aku hanya mendapatkan kata maaf (tak resmi) dari wali kelasku…

Bagiku tak masalah.. tapi Ayah kecewa sekali, seharusnya aku memperjuangkan hak ku…  
Saat itu aku hanya bisa berhusnudzon, aku yakinkan Ayah bahwa kelas unggulan tidak bisa menjamin apapun. Dan dengan masuk kelas regular aku bisa mendapatkan banyak hal dan lebih banyak teman  J

Setidaknya, aku bisa membuktikan bahwa aku bisa.

Begitulah… sekarang disinilah aku. Bersama kalian, di Institut yang diidam-idamkan banyak orang. Aku merasa jalanku begitu indah… sedikit berliku memang, tapi indah…

Tidak ada satupun yang kebetulan… Allah telah merencanakannya sedemikian rupa untukku, tentang apa yang akan terjadi, siapa saja yang kutemui…

Setiap orang memiliki masa lalunya masing-masing, memiliki kisahnya masing-masing. Semuanya pasti pernah merasakan jatuh, pernah merasa tak yakin, pernah merasa kecewa, atau mungkin pernah dikhianati… Haruskah kita mengutuki dan menyerah??

Percayalah pada Allah, alangkah indahnya dan mudahnya bila kita bisa melalui semua itu dengan berhusnudzon..

“Alaisallaahu biahkamilhaakimin? Bukankah Allah Hakim yang paling adil?”



-Untuk teman-temanku yang benar-benar mengenalku, yang tulus tanpa prasangka, yang selalu mengingatkan pada kebaikan, semoga Allah selalu melimpahkan kemudahan dan kasih sayangNya pada kalian -

Kamis, 04 Oktober 2012

Aku Si Kumbang Hitam


Efek merenung

Tiba-tiba teringat seekor serangga (kumbang 1 inci berwarna hitam) yang terperangkap dalam bus Jatinangor-Dipatiukur ketika perjalanan pulang dari ITB Jatinangor.

Bayangkan ketika dirimu sedang asik-asiknya hidup, tiba-tiba menemukan sebuah benda biru menarik yang ternyata bernama bus. Dirimu masuk kedalamnya, asik menjelajah dan mencari tahu.. terbang terus ke bagian tengah..

Tiba-tiba tak berapa lama kemudian bus itu penuh dengan makhluk lain yang disebut manusia dan mulai bergerak. Pintu tempatmu masuk tadi tertutup. Meskipun dirimu bisa melihat hutan dengan jelas, tapi dirimu dibatasi oleh benda bernama kaca.

Bus itu mulai bergerak, berjalan jaaaauuuuuuhhhh dari tempatmu semestinya (ingat, dirimu adalah si kumbang). Jauh dari rumahmu, dari kumbang lain, dari zona nyamanmu di hutan Jatinangor… ke suatu tempat bernama Bandung. Bentuk lain yang asing, penuh dengan partikel kotor di udara dan makhluk-makhluk lain yang ternyata adalah benda bernama mobil dan motor.

Serta lebih banyak manusia, banyaaaaak sekali.

Kalau aku adalah dia.. mungkin aku akan sangat bingung, terbang ke segala arah, mengitari bagian dalam bus, mungkin menyerang manusia yang mengira aku akan menyerang.

Tapi si kumbang itu hanya diam.. sepanjang perjalanan tak se-senti-pun dia bergerak dari tempatnya. Hanya sesekali antenanya bergerak-gerak,  mungkin mencoba merasakan keadaan sekitar, menangkap siulet cahaya berbentuk pepohonan, gedung, lapangan (sawah) sepanjang jalan dan jalan tol... mencerna... mencoba beradaptasi.

Dan sepanjang perjalanan aku hanya memandanginya, memandangi si kumbang hitam, membayangkan jika aku adalah dia…

Serta berdoa…
Semoga mbak-mbak yang duduk di deket si kumbang nggak menyadari keberadaannya dan berusaha melemparkan kursi bus (becanda)… benda yang berada dalam jangkauannya untuk mengusir si kumbang jauh-jauh…

Kumbang hitam yang malang, semoga ia mendapatkan jalan terbaik..
hidup ataupun mati…
sendiri atau menemukan teman baru…

Aku yang malang.. aku yang buta.. aku yang tak mampu manangkap makna siluet..
Semoga langkahku mengantarkan jiwa bodoh ini pada jalan yang benar..


LoveLoveLoveStory



#Prolog #Petunjuk Lakuan#

#Part 1 : Pemuda

Pemuda itu… tampak sederhana. Ketika kau melihatnya, kau akan menemukan apa yang dikenakannya bukan barang mewah tapi tetap bersih dan wangi. Entah bagaimana caranya mandi karena ia memang begitu meskipun tanpa mengenakan parfum. Ia tidak terlalu tinggi dengan rambut tebal, sedikit panjang tapi tidak tampak mengganggu untuk dilihat. 

Selepas waktu kuliah, pemuda itu tak pernah absen mengunjungi masjid. Kalau kau mendengarkan baik-baik, kau akan terpesona dengan suara adzan yang mengalur indah dari mulutnya.

Selain sebagai muadzin, pemuda itu juga menjadi guru mengaji bagi pemuda-pemudi yang tinggal di sekitar tempat kosannya. Mushala kecil itu jadi ramai, dipenuhi para gadis yang tiba-tiba semangat mengaji ketika pemuda itu yang mengajar. Hahaha

Bukan hanya suara azdannya yang merdu, bacaan Al Quran yang dilantunkannya juga begitu indah, menyenangkan untuk didengar. Kau tahu? pemuda itu adalah Qori nomor satu di daerah rantauannya.

Rantauan… ya pemuda itu seorang anak rantau dari pulau sebrang, Pulau Sumatera. Anak dari pemuka agama di desanya. Kau boleh sebut ia seorang mahasiswa teknik elektro plus-plus. Karena selain kuliah, ia harus memikirkan bagaimana caranya bertahan hidup. Berjualan jaket himpunan, kaos-kaos event, reparasi alat elektronik, menyewakan kamar kos, apapun ia lakukan untuk bisa menghasilkan uang.

Rasa ingin tahu yang tinggi dan kemauannya belajar dari tukang sol sepatu, sampai tukang reparasi alat elektronik menjadikannya mahir dalam melakukan banyak hal. Wawasannya luas, kau bisa bertanya apapun padanya.

Tidak seperti pemuda lainnya yang senang begadang sambil bernyanyi dan bermain gitar, pemuda itu selalu memilih untuk tidur lebih awal. Di sepertiga malam, ketika teman-temannya baru akan tidur, kau akan melihat cahaya lampu dari jendela kamarnya di lantai dua. Pemuda itu bangun untuk shalat dan belajar.

Tapi bukan berarti dia kuper, silakan tanya siapapun penghuni gang sempit. Tak ada yang tak mengenal pemuda itu.


#Scene 1 : Hari Wisuda

Sampai tiba hari itu.. hari wisuda… setelah enam tahun lamanya..

Enam tahun, itu waktu yang ia butuhkan untuk mendapatkan gelar “engineer” nya. 
Dengan pakaian rapi, toga dan… seorang wanita manis berjilbab putih disampingnya, hari itu menjadi hari besar baginya.

Hah? Wanita? Siapa?


#Part 2 : Wanita

Wanita itu, ya wanita. Kalau perhatikan, wanita itu sama luar biasanya dengan si pemuda. Ketika kau pergi ke acara-acara di gang sempit, kau pasti akan melihatnya di setiap pembukaan acara, membacakan ayat-ayat suci Al Quran.

Ya, wanita itu juga sama, seorang Qoriah. Jika ada perlombaan, si pemuda adalah juara satu dan wanita ini juara duanya.. hihi. Wanita ini anak masjid, anak karang taruna. Satu dari (sangat) sedikit perempuan muda di gang sempit yang begitu disegani para pemuda karena sulit untuk didekati, menolak untuk  berpacaran.

Sosok mandiri yang mengorbankan keinginannya berkuliah demi keberlangsungan sekolah adik-adiknya. Sama dengan si pemuda, ia juga sosok yang sangat sederhana. Bapaknya adalah seorang PNS lulusan Sekolah Rakyat yang dipercaya karena kejujurannya, Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang membantu mencari uang dengan berjualan makanan.

Bagi keluarganya yang hidup serba terbatas, yang menganggap bakso adalah makanan mewah, pendidikan adalah infestasi yang harus diperjuangkan. Dalam segala keterbatasan, keluarga kecil itu berusaha mendidik anak-anaknya sebaik mungkin sehingga menjadi keluarga yang disegani karena ilmu dan karakter, bukan karena materi.


#Back to #Scene 1 : Hari Wisuda

Jadi, hari itu kau akan melihat si pemuda dan si wanita, bersama di hari kelulusan si pemuda.

Keduanya bahagia, kau bisa lihat dari sinar mata dan bahasa tubuh mereka.

Di jari manis si pemuda dan si wanita melingkar cincin emas
Yang terpasang empat hari yang lalu..
menyatukan mereka untuk selamanya..

Selamanya..
Aamiin :’)

Pemuda dan Wanita, kini, selamanya :'D
Barakallah Ayah Bunda <3