Halaman

Tampilkan postingan dengan label SITH ITB. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SITH ITB. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 15 Februari 2014

Fasttrack : S1 dan S2 dalam waktu 5 tahun

Semangat pagi! kali ini aku ingin menuliskan beberapa pertanyaan yang seringkali diajukan orang-orang padaku mengenai program fasttrack. Tulisan ini kubuat berdasarkan pengalamanku mengambil program fasttrack di SITH ITB (Sekolah Ilmu dan Teknologi, Institut Teknologi Bandung). Karena setiap fakultas biasanya memiliki kebijakan syarat dan teknis yang berbeda, tulisanku ini mungkin hanya bisa memberikan gambaran umum mengenai fasttrack serta suka dan duka ketika menjalaninya #curhat 


Apa sih fasttrack itu?

Fasttrack adalah sebuah program percepatan dimana S1 dan S2 dapat di tempuh sekaligus dalam waktu 5 tahun. 


Cara dan syarat pendaftarannya?

Cara daftarnya mudah, waktu 2011 lalu aku dan kawan-kawan hanya tinggal mengisi formulir keikutsertaan  program fasttrack yang bisa diambil di Tata Usaha pada akhir semester 6 (sekarang bisa mendaftar mulai semester 5). 

Untuk bisa mendaftarkan diri, ada beberapa syarat akademik yang harus dipenuhi oleh mahasiswa, beberapa diantaranya : IPK saat mendaftar minimal 3.25, nilai mata kuliah minimal C, tidak pernah mengulang mata kuliah wajib dan tidak memiliki kasus akademik. Cara pendaftaran dan persyaratan tersebut dapat berbeda-beda di setiap fakultas dan sewaktu-waktu dapat berubah.


Apakah ada proses seleksi ketika mendaftar?

Asalkan memenuhi persyaratan seperti yang disebutkan di atas, tidak ada proses seleksi lagi ketika mendaftarkan diri menjadi mahasiswa program fasttrack (mungkin karena yang mendaftar biasanya hanya sedikit, sementara kuota yang tersedia masih banyak). Seleksi justru berlangsung selama mahasiswa menjalani program fasttrack (dijelaskan di bawah).


Kuliahnya bayar atau gratis?

Sejauh ini seluruh mahasiswa yang mengikuti program fasttrack bisa dipastikan kuliah S2 gratis karena kuota beasiswanya berlimpah (terutama Beasiswa Unggulan Fasttrack dari BPKLN DIKTI) #cmiiw, teman-teman fasttrack angkatanku dan angkatan sebelumnya di SITH, seluruhnya mendapatkan beasiswa (kecuali bagi yang menolak diberi).

Kalau nggak BU Fasttrack dari BPKLN DIKTI biasanya dapet beasiswa Voucher atau beasiswa Fresh Graduate. Untuk mendapatkan beasiswa tersebut ada proses seleksinya masing-masing, mulai dari seleksi administrasi sampai seleksi wawancara. 

Terkadang informasi mengenai beasiswa tersebut datang dengan simpang siur dan tidak jelas kapan waktunya. Jadi anak-anak fasttrack harus inisiatif, sering-sering berkoordinasi dengan Ketua Program Studi (S1 dan S2) serta Pegawai Tata Usahanya masing-masing.


Gimana teknis pelaksanaan fasttracknya?

Sambil menuntaskan kewajiban sks S1 dan mengerjakan TA, mahasiswa yang mengikuti program fasttrack harus mulai mencicil sks S2-nya di semester 7 dan semester 8 (masing-masing 6 sks). Sehingga ketika lulus S1, mahasiswa setidaknya sudah mengantongi 12 sks S2. 

IPK mata kuliah S2 yang diambil harus >3,5 dan nilai yang didapatkan minimal B. Mahasiswa harus bisa memenuhi syarat akademik ini.

Mahasiswa harus menyelesaikan TA S1 tepat waktu dan di wisuda pada bulan Juli atau selambat-lambatnya Oktober (sangat tidak disarankan karena urusan birokrasinya ribet).

Selanjutnya mahasiswa akan mendapatkan NIM S2 nya dan menuntaskan sisa sks S2 (±24 sks lagi) sekaligus menyelesaikan Thesisnya dalam waktu satu tahun.

Nah, tiga poin terakhir di atas itu yang kumaksud dengan seleksi selama mahasiswa menjalani program fasttrack... Mahasiswa bisa mengundurkan diri atau memilih jalur reguler jika ternyata selama keberjalanan, tidak dapat memenuhi hal-hal di atas.


Apa yang harus disiapin waktu memilih fasttrack?

SKS dan Nilai Akademik Mulai dari semester 1-6

Alangkah baiknya ketika mahasiswa berniat akan mengambil program fasttrack, ia sudah mulai mengambil banyak sks s1 si semester 1-6 nya. 

Seperti yang udah kutulis di atas, pada semester 7 dan 8 mahasiswa harus mulai mencicil mata kuliah S2 sebanyak 6 sks persemester. Jika jumlah sks S1 yang diambil pada semester 1-6 baru sedikit, akan sulit memenuhi syarat kelulusan (untuk lulus S1 minimal harus sudah menuntaskan 144 sks). Perlu diingat, saat masih berstatus mahasiswa S1, maksimal kita hanya bisa mengambil 24 sks persemester. Nah, mengambil 24 sks di semester 7 dan 8 pun sepertinya mustahil dilakukan karena sambil kuliah kita juga harus menuntaskan TA.

Selain memperhatikan jumlah sks, mahasiswa juga harus bisa mempertahankan nilai dan IPK.


Perencanaan dan Manajemen waktu penelitian

“Hofstadter's Law” is that things will always takes longer than you expect, even when you take into account Hofstadter's Law" (which is that things will always takes longer than you expect, even when you take into account Hofstadter's Law).

Perencanaan dan manajemen waktu menjadi sangat perlu. Seperti yang sudah kuceritakan sebelumnya baik kuliah maupun TA dan thesis semuanya harus dikerjakan dengan baik dan tepat waktu. Kita harus bisa merencanakan  apa saja yang harus kita kerjakan dan kapan pekerjaan tersebut harus kita mulai.

Ingat, penelitian harus bisa kita selesaikan masing-masing selama satu tahun. Ketika selesai KP (kerja praktek) di semester 6 lalu, aku nggak liburan lagi. Waktu yang ada langsung kugunakan untuk mempersiapkan dan memulai TA (karena TAku kultur jaringan dan memakan waktu yang cukup lama). Demikian juga ketika akan dan setelah wisuda S1, nggak ada waktu untuk ber-euforia lama-lama karena pekerjaan yang ada di depan mata harus mulai dicicil.

Sebelumnya aku pernah menjadi asisten Proyek Tumbuhan di tingkat 3 dan KP di BIOGEN dengan spesialisasi kultur jaringan. Kesempatan-kesempatan itu kujadikan sarana untuk meningkatkan kemampuanku. Sehingga ketika benar-benar memulai TA, aku sudah cukup terbiasa dengan peralatan dan teknik-teknik yang akan kugunakan. Karena aku tau betul, aku nggak punya kesempatan lagi untuk melakukan “kesalahan-kesalahan dasar”. Misalkan, kesalahan dalam proses sterilisasi dan inisiasi yang menyebabkan kulturku kontaminasi dalam jumlah besar, kalau aku harus mengulang… harganya satu bulan waktuku (^_^).

Nah, hal-hal yang seperti itu harus direncanakan baik-baik, dibayangkan garis besar timelinenya. Jadi kalaupun rencana A gagal, kita harus bisa segera bergerak ke rencana B dan seterusnya. Sebanyak apapun hal yang harus dilakukan, ketika bisa direncanakan dengan baik, diatur waktunya dengan baik, pasti bisa terselesaikan InshaaAllah. 

Sekalipun kadang ketika berhadapan dengan makhluk hidup sebagai objek penelitian, rasanya Hofstadter's law bisa saja…..hmm #lebay


Mental, semangat, cinta dan syukur

Nggak seperti program reguler yang flow kuliahnya cenderung turun dan lebih santai di tingkat akhir, mahasiswa fasttrack justru harus siap menjalani masa-masa akhir kuliahnya dengan flow yang tinggi atau bahkan cenderung naik.

Tanpa mental dan semangat yang kuat, tentu akan sulit menjalankan semuanya. Adakalanya tuntutan nilai akademik menjadi beban yang luar biasa (karena materi kuliahnya udah masuk tahap advance). Adakalanya rasa putus asa muncul ketika penelitian bermasalah. Adakalanya rasa jenuh memuncak ketika tubuh dan pikiran terlalu lelah. Menurutku itu manusiawi.

Tapi, semua beban itu bisa sedikit dikurangi kok, caranya dengan memilih mata kuliah yang disukai (selama itu masih relefan dengan topik penelitian, kecuali kalau udah nggak tau lagi mau ambil apa), memilih topik penelitian yang disukai, serta melakukan TA dan thesis dengan topik yang sama. Supaya begitu selesai TA, kita bisa langsung melanjutkan thesis tanpa harus memulai penelitian dari nol besar.

Itulah yang menjadi salah satu alasan utamaku waktu itu, memilih untuk menentukan sendiri topik penelitian dibanding mengikuti proyek dosen. Dengan memilih apa yang kucintai, biasanya aku tak akan berkeberatan sekalipun harus melakukannya hingga larut, bekerja lebih keras atau sekedar mengorbankan waktu liburanku. Dan ketika aku belum berhasil, ketika semangatku jatuh, aku bisa bangkit lagi dengan mengingat-ingat kembali alasan "mengapa aku memilih melakukan ini".

Tapi nggak semuanya bisa ideal seperti itu toh... adakalanya kita harus belajar mencintai apa yang kita kerjakan, mencoba memandang sesuatu dari sudut pandang yang berbeda dan belajar mensyukuri nikmat luar biasa yang telah Ia berikan : kesempatan untuk menuntut ilmu.


Kalau ikut fasttrack masih bisa main nggak sih?

Masih loh... Di tingkat akhir aku masih sempet ikut kepanitiaan, karena aku suka berorganisasi. Ketemu orang.. kenal dengan orang... dari sana aku bisa belajar memahami karakter orang yang saaaangat beragam. Itu salah satu sarana buatku merefresh diri dan menemukan semangat baru. Terus di semester akhir ini aku memilih jadi asisten proyek lagi, supaya bisa ketemu dengan lebih banyak orang.. kenal lebih banyak orang... jadi semangat terus.

Selain main, liburan juga masih bisa kok, asalkan tau waktu aja. Tapi kalau aku agak susah sih, soalnya nanti anak-anakku nggak ada yang ngurus (subkultur dan sampling kultur jaringan maksudnya).


Kesimpulannya?

Kalau aku... memandang fasttrack ini sebagai sebuah kesempatan. 
Memang cukup menantang untuk dijalani, dan rasanya nggak sama dibandingkan dengan akselerasi dulu. Jika dilihat dari sudut pandang berbeda, aku sangat bersyukur karena bisa melakukan apa yang kusukai lebih lama lagi (melakukan penelitian yang kusukai dalam waktu 2 tahun) dan mendapatkan lebih banyak waktu untuk memikirkan langkahku selanjutnya.

Saranku, ketika memilih program fasttrack, yang bersangkutan :
  • Harus siap bekerja lebih dari biasanya, berpikir lebih dari biasanya. Teori dan niat aja nggak cukup yaa, harus ada aksi :)
  • Harus bisa segera bangkit kembali ketika jatuh, karena waktu yang kita miliki terbatas.
  • Harus bisa memahami dan berdamai dengan dirinya sendiri, maksudnya harus bisa mengukur kondisi diri baik fisik maupun mental, ketika fisik udah lelah dan mental udah terlalu jenuh ada baiknya beralih sebentar dari rutinitas dengan mencoba hal baru atau minimal beristirahat sejenak (kadang yang ini agak susah juga sih apalagi kalau udah hectic).
  • Harus bisa menemukan semangat dalam dirinya sendiri.
  • Harus bisa menjaga kesehatannya, ketika sakit otomatis produktifitas menurun padahal waktu yang dimiliki nggak banyak.
  • Harus sabar dalam arti sesungguhnya (sabar bukan berarti leyeh-leyeh ya) ketika menghadapi kegagalan atau menghadapi masalah termasuk ketika harus berhadapan dengan birokrasi.
  • Jangan pernah merasa sendiri, biasanya ketika merasa sendirian semangat yang ada bisa tiba-tiba menurun drastis, misalkan ketika melihat betapa suram dan heningnya lorong-lorong lab, ketika menyusuri lorong aula Barat yang gelap, ketika berjalan di tengah lapangan sipil setiap malam (atau dini hari) yang sepi dan berkabut…#curcol. Kalau kata temanku yang baik hati “ketika merasa kesepian, istighfar, ingat Allah”
  • Rajin-rajin minta do’a dari orangtua #inibangeeeet
  • Ingat untuk selalu bersyukur
Sekian, salam semangat!! XD

.

Kamis, 02 Januari 2014

Simfoni Tugas Akhir

Kalau diingat-ingat, rasanya hampir dua tahun kebelakang sebagian besar waktu hidupku diisi oleh tugas akhir selain tidur haha :)
Bagi yang "bermain" dengan makhluk hidup, mengerjakan tugas akhir bukan sekedar teori di atas kertas. Hofstadter's law bahkan bisa saja tidak berlaku #lebay .Terlalu banyak faktor "x" yang mungkin hanya dapat teratasi dengan bertawakal sepenuhnya pada Yang Memiliki hidup. 


Bagi seseorang yang moody dan idealis seperti aku, diperlukan rasa cinta dan kesadaran penuh dalam melakukan pekerjaan terutama yang menguras pikiran, tenaga, waktu dan emosi :D
Ketika kita mencintai apa yang kita kerjakan, sekalipun kita harus mengorbankan waktu liburan atau waktu istirahat di malam hari, rasanya akan ringan-ringan saja.

Di awal semester 6, dosen waliku menyarankanku untuk tidak ikut dalam proyek dosen. Bukan tanpa alasan, menurut beliau (yang juga merupakan dosen mata kuliah Metodologi Penelitian) :

"akan ada sesuatu yang hilang dalam rantai penelitian ketika dirimu 'hanya' mengerjakan proyek Dosen, yaitu menemukan masalah, kemudian membangun ide dari masalah tersebut". 

Saat itu aku ragu, "apa yang harus kulakukan?". Mencari ide sendiri tentu tidak mudah, selain itu ada rasa rendah diri ketika melihat kawan-kawan yang sudah tergabung dalam proyek Dosen.

"Tentu saja, ide-ide yang dimiliki pada Dosen untuk proyeknya sangat menarik dan advance, itu karena mereka sudah Doktor.. sementara dirimu kan masih mahasiswa. Tidak masalah meskipun ide risetmu tampak biasa-biasa saja. Yang penting kamu melakukan keseluruhan prosesnya, mulai dari menemukan masalah sampai didapatkannya hasil penelitian. Itulah scientist" 

Aku yang saat itu sedang bingung pada akhirnya memutuskan untuk melakukan apa yang beliau sarankan. Aku mencari sendiri apa yang ingin kukerjakan, sekalipun itu berarti aku harus mencari sendiri biaya penelitian (bisa diakali dengan menggunakan tabungan, beasiswa dan menghemat uang makan) sekaligus menentukan sendiri timeline dalam waktu yang sangat terbatas... dan komitmen untuk bekerja keras.

Awalnya memang tak mudah, karena betapa awamnya diriku dan betapa terbatasnya wawasanku, aku jadi tak bisa menentukan parameter keberhasilan yang baik sehingga terlalu banyak celah dalam proposal penelitianku. Baru setelah empat kali revisi, proposal penelitianku bisa diterima.
Memori yang menyenangkan untuk di kenang :)

Setiap orang memiliki pilihannya masing-masing dan setelah berjalan hampir dua tahun rasanya ini memang pilihan yang tepat buatku :)

Selama berjalannya TA banyak sekali bantuan tak terduga yang (akan sangat-sangat-sangat) keterlaluan jika aku tidak mensyukurinya. Mulai dari Dosen pembimbing yang sangat baik, dan Dosen-dosen lainnya yang memberikan banyak masukan ilmu serta bantuan materi berupa alat dan bahan kimia yang sangat mahal harganya (padahal jelas TA ku bukan proyek, dan kalau benar-benar biaya sendiri tanpa bantuan Dosen-dosen yang baik hati itu mungkin aku tak mampu) ; keberadaan rekan-rekan Lab yang mempermudah TAku (Kak Asep, KaChang, KaIra, KaFitri, KaMarfi, MakAyu, MakEma) ; keberadaan Pak Ori dkk.; keberadaan Pak Narto yang tak pernah bosan menghibur, mengganggu dan diganggu 24 jam ; teman-teman yang selalu memberikan semangat dan terutama doa kedua orang tua, hingga rintangan yang ada sejauh ini masih dapat teratasi :)


Setiap preparat membutuhkan waktu 8 hari untuk dibuat, sebagian pita rusak, sebagian tak terwarna dengan baik, sebagian terwarna terlalu tebal, meski begitu semuanya adalah memori yang menyenangkan untuk di kenang, bagian kecil dari kegagalan :)

Memang adakalanya semangat untuk mengerjakan TA benar-benar drop. Biasanya setelah tak henti-hentinya melakukan rutinitas yang sama berhari-hari ditambah kewajiban kuliah, saat lab begitu sepi, saat pulang larut sendirian dan harus kembali esok subuhnya, saat menyadari betapa terbatasnya materi dan fasilitas yang ada untuk merealisasikan penelitian...

Tapi ketika tersadarkan kembali bahwa "ini adalah langkah yang dirimu pilih!" dan saat teringatkan kembali latar belakang "mengapa" penelitian itu harus dilakukan, semangat yang telah layu bisa perlahan-lahan bangkit dengan sendirinya.

Mungkin bagi beberapa orang tampaknya aku terlalu habis-habisan dan terlalu idealis.
Tapi bagiku, ini adalah proses dari pembuatan sebuah karya, ada perasaan senang, tertantang sekaligus frustasi yang sama seperti ketika membuat karya seni, tanyakan saja perasaan itu pada seorang seniman :)
Selain itu ada perasaan hormat yang bermetamorfosis menjadi rasa tanggung jawab pada Dosen pembimbingku yang telah membiarkanku melakukan apa yang ingin kulakukan, dan memberikan begitu banyak bantuan.
Serta rasa simpati pada seseorang yang seringkali berucap "andai Bapak dulu punya kesempatan sekolah kayak Nisa" setiapkali tanpa sadar aku mengeluh setelah lelah mengerjakan pekerjaan Lab :)

Semua itu.. menjadi beban moral ketika aku malas atau leyeh leyeh mengerjakan TA hehehe

Yah, setiap orang memiliki pilihannya masing-masing dengan resikonya masing-masing...
Sekalipun hanya bagian kecil dari perjuangan sebagai seorang mahasiswa, ada banyak hal menarik yang bisa dijadikan pelajaran di sana.

Itu simfoni TAku, bagaimana denganmu? :)

Rabu, 29 Agustus 2012

Ketika Aku Baru Menjadi Mahasiswa ITB


27 Agustus 2012

Ah, kalau dirasa-rasa.. rasanya menyesal. Kenapa baru sekarang tangan ini rajin menulis, ketika semuanya hampir berakhir, ketika diujung jalan.

Tidak seperti tiga hari sebelumnya, sekarang kampus begitu ramai. Wajah baru anak TPB dimana-mana, dengan semangat baru, kekuatan baru.. belum ternodai jelimetnya kalkulus dan abstraknya kimia :P

Hihihi jadi rindu masa-masa itu..


Menjadi seorang mahasiswi di kampus ini termasuk hal yang paling membahagiakan yang pernah terjadi dalam hidupku (selain sekolah di Mts Asih Putera tentunya).

Dulu, aku adalah katak dalam tempurung (aku kataknya, kota Cimahi tempurungnya). Seumur hidup kuhabiskan disana.
Cimahi adalah dunia kecilku. Meskipun Ayah adalah seorang dosen, aku sama sekali buta mengenai kehidupan mahasiswa dan mekanisme yang berlaku didalamnya. Sistem Kredit Semester, Indeks Prestasi.. itupun masih belum kumengerti. Cupuuuu sekali ^^

Siapa sangka…
Aku
Anak SMA bingung calon peserta SNMPTN, yang pada akhirnya memutuskan melingkari lembar pendaftaran dengan kode SITH ITB (Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung) tepat sebelum penyerahan berkas, ternyata lolos seleksi dan diterima sebagai salah satu siswinya.

God is a (best) Director” (Cin(T)a)

Hari pertama pendaftaran ulang, itulah pertama kalinya kaki ini menapaki bagian kampus ITB yang banyak dibicarakan orang.  Ternyata kecil, tapi cantik dan simetris :D

Hari pertama PROKM 2009. Aku hanya bisa terkagum-kagum dan merasa malu, ternyata teman-temanku adalah orang-orang yang luar biasa. Ada yang juara umum disekolahnya, Olimpiade Sains Nasional, Ketua OSIS, anak-anak yang sering ikut kompetisi sampai ke luar negeri…

PROKM 2009 , Hello world :)
Aku merasa bukan apa-apa, bukan siapa-siapa dibandingkan dengan mereka. Untungnya mereka begitu rendah hati, membuatku cepat merasa nyaman.

Hari-hari selanjutnya, aku ditulari semangat Nasionalisme dari PROKM, pelajaran mengenai perbedaan kultur, pola pikir, karakter dan cara pandang dari teman-teman kelompokku.

Saat itu aku menemukan bahwa dunia ternyata lebih menarik dan menantang dari yang selama ini kubayangkan. Bagiku… itu luar biasa :)

Buka bareng pertama :D

Mungkin saat itu raut wajahku sama seperti anak-anak yang kulihat hari ini ya, penuh semangat dan bahagia. Dan sedikit.. hmmm apa bahasa Indonesianya “culang cileung”? plenga-plengo?.. kebiasaan setiap kali berada di tempat baru, menemukan suasana baru.. hehe
kayak orang gunung kata Ayah, ih jahat ya.

Hari pertama kuliah aku mendapati bahwa ternyata dosen sangat berbeda dengan guru. Tidak ada salam pagi, tidak ada cium tangan. Semua menjalankan peran begitu saja. Dosen adalah dosen, mahasiswa adalah mahasiswa. Aku dipanggil “anda”, bukan “nak”, rasanya lebih… dewasa.

Suasana kelas saat presentasi

Lalu semuanya berlanjut..

Tahap Persiapan Bersama
Jujur, rasanya kaget. Ternyata aku harus kembali berkutat dengan Kimia, Fisika dan Kalkulus.. Semua pelajaran yang bisa kukuasai dengan baik saat SMA rasanya begitu sulit disini. Baru kali ini aku mendapatkan nilai dengan angka-angka yang amat menyedihkan. Rasanya begitu… bodoh.
Hahaha \(-,-)/

Semuanya baru, benar-benar baru bagiku. Karena semasa SMA tugas terberat yang pernah kuterima hanyalah tugas mengerjakan-80-100-sekian-soal-fisika-dalam-semalam nya Pak Jaharap. Yang kalau kurang satu soal akan dikalikan tiga dan dikumpulkan pada kesempatan tugas selanjutnya.

Itung-itung latihan, ini nggak ada apa-apanya jika kalian kuliah nanti” 
(Pak Jaharap, 2008)

Bener lho Pak.. Satu chapter yang semasa SMA bisa dihabiskan selama setengah semester kali ini harus dikuasai dalam sekali pertemuan. Text Book berbahasa inggris yang tebalnya sama dengan bantal. Slide-slide presentasi  dan penjelasan yang singkat dari dosen. Kuis tak terduga yang bisa diadakan kapanpun. Tutorial, tugas, presentasi. Musim UTS dan UAS yang bisa menghabiskan setengah masa semester, tugas Research Basic Learning Fisika Dasar..

Kelas kalkulus Ibu Mulyana, dosen Kalkulus yang kukagumi

Katanya mahasiswa santai, bisa bepergian kemanapun, nggak perlu pake baju seragam…

ITB kan enak, deket dengan BIP, dengan Ciwalk.. tinggal ngesot nyampe tuh” 
(Abang-abang salesman)

Khukhukhu :3

Tapi kenyataan ternyata tidak seindah yang dibayangkan loh Bang (hiks).  Aku kuliah dari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dari jam 07.00– 18.00 (ada istirahatnya, tapi jam kosong tanggung). Hari Rabu dan Jumat ada praktikum, pas musim UTS dan UAS hari Jumat dijadiin waktu ujian.. Sabtu dan Minggu baru deh main (kalau nggak ada tugas).. hehe

Subhanallah.. ternyata begini rasanya jadi mahasiswa.

Menegangkan loh.. apalagi saat-saat menunggu hasil UTS dan UAS, saat-saat seru menghitung harus-berapa-nilai-UTS2-ku-supaya-minimal-dapet-nilai-B, saat mengira-ngira IP dan IPK.

Dan suuuuuper menyenangkan \(^,^)/
Dengan teman senasib sepenanggungan…
Mengerjakan tutorial bersama
Latihan di basement perpustakaan saat musim UTS dan UAS
Jalan-jalan dan foto-foto random di Taman Ganesha, foto-foto di Saraga
Latihan lari (untuk tes olahraga lari 2,4 KM) basamo
Wisata kuliner menyusuri Gelap Nyawang
Surprise ulang tahun (ini hiburan yang menyenangkan loh)
Norak-norakan bareng..
Galau bareng..
Hal-hal kecil memang, tapi … ngangenin…

kaki doang.. jam olahraga di Saraga

Belajar basamooo <3

Sekarang rebut ingin kuliah.. Ingin jadi mahasiswa.. Nanti kalau udah kuliah baru deh kalian kangen pake baju seragam lagi, kangen sekolah lagi..” (Kaka Kelas, 2009)

Masa sih kak?
Aku kok nggak merasa begitu ya?
Bagiku jadi mahasiswa itu menyenangkan loh, sedikit keluar dari zona nyaman sekolah yang sera diatur. Sekarang kita dituntut untuk membuat keputusan sendiri, megaplikasikan hukum sebab-akibat dan dituntut untuk siap menanggung resiko atas pilihan kita.

Menantang!

Satu lagi, yang membuatku begitu bersyukur berada di kampus ini adalah lingkungannya. Bagiku begitu kondusif untuk berlomba-lomba menjadi lebih baik. Larilah jika memang tidak ingin tertinggal. Karena aku hanyalah manusia biasa tanpa IQ super, aku yang dulunya malas-malasan di sekolah dituntut untuk lebih rajin di sini, asik ya :D

Dan yang tak tergantikan adalah teman-temannya… bagiku mereka adalah orang-orang hebat. Pola pikir mereka menarik, kultur mereka beragam, benar-benar heterogen.
Baru kali ini aku menemukan manusia Indonesia (dan luar) dari barat, tengah dan timur berada di satu tempat. Meskipun sekarang didominasi dari tengah, tetap saja disini aku menemukan Indonesia kecilku.

Hmm.. Banyak yang bilang mereka individualis.. ah, mungkin bisa dibilang pendiam.. sapalah duluan, kenali mereka, Alhamdulillah yang kukenal selama ini semuanya baik-baik :D
tanpa mereka aku bisa apa menghadapi serangan kalkulus fisika dan kimia itu?
Tanpa mereka, kemana tempatku mengadu dan bersenang-senang dan lari dari penatnya kuliah? 
Huehehehe :p

ITB itu memang mahal. Bukan belajar-mengajarnya di kelasnya yang mahal, karena toh cara mengajar di perguruan tinggi hampir semua begitu. Yang mahal adalah lingkungannya,lingkungan itulah yang akan membentuk kamu, menempa kamu, disanalah kamu akan lebih banyak belajar”. (Anonim, 2009)

Hwaaaa rindu masa-masa ituuuuuuuuuuuu…

Sekarang hampir berakhir
Memang harus diakhiri
#mahasiswa tingkat akhir

Jumat, 27 Juli 2012

Iqra!


“Wah ini susah kalau dilanjutkan…”

Deg!

“Bagaimana caranya merekayasa kalau mekanisme biosintesisnya aja belum diketahui?”

Hening,  pertanyaan itu tak segera kujawab. Otak ini bingung, sama bingungnya ketika pertama kali disuruh mengeja 2,3-dihydro-3-hydroxy-tabersonine-N-methyltransferase.

“Jadi… gimana Nisa??”

Masih hening, sebagian hati meng iyakan, sebagian besar lainnya justru merasa tertantang.

“Tapi… ini feasible dilakukan kan Bu?” tanyaku ragu, aku masih keras kepala.


---

"Part of explanation is that the DNA, RNA and protein levels of the regulation mechanism are still unclear in TIAs pathway"

Pernyataan itu sudah cukup jelas sebenarnya. Cukup jelas untuk membuatku menyerah dan segera mencari topik baru.

Didukung dengan pernyataan serupa dari berbagai jurnal, skema-skema jalur biosintesis yang belum rampung, protein x (unknown protein) di beberapa jalur reaksi  penting (menyatakan bahwa protein (enzim) yang terlibat dalam biosintesis tersebut masih belum teridentifikasi)…

Hmm..

Setelah mencoba mempelajari beberapa jurnal untuk membuat proposal tugas akhir, aku justru semakin bingung. Semakin banyak yang di baca, semakin banyak informasi yang bertentangan satu sama lain. Potongan-potongan informasi itu bagaikan puzzle yang harus kususun, sayangnya puzzle itu belum lengkap. Banyak bagian yang belum diketahui, bahkan dengan peralatan canggih yang dimiliki oleh orang-orang di luar sana sekalipun.

Haruskah aku menyerah? Haruskah?


“Iqra’bismi rabbikalladzii khalaq”
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan”

Apabila suatu kata kerja yang membutuhkan objek tetapi tidak disebutkan objeknya, maka objek yang dimaksud bersifat umum. Iqra dalam ayat ini bukan hanya berarti membaca teks atau sebuah naskah. Iqra bermakna menelaah, meriset, merenungkan, bereksperimen dan berkontemplasi.  Objek yang dimaksud dapat berupa bacaan suci yang datangnya dari Allah swt. hadist shahih, maupun hasil karya manusia berupa handbook ilmu pengetahuan, juga berupa fenomena-fenomena alam maupun sosial.

“Iqra’bismi rabbikalladzii khalaq ; Khalaqal insaana min’alaq ”

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan ; Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”

Kata iqra dalam ayat ini disertai dengan kalimat bismi rabbika lladzi khalaq yang bermakna “dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan”. Di sini Allah mengaitkan kata “membaca” dengan “nama Allah”, tujuannya agar pelakunya selalu melakukan kegiatan yang bersifat ilmiah dengan keikhlasan hanya mencari keridoan Allah swt., sehingga ilmu yang didapatkannya semakin membuat dirinya merasa takut pada-Nya.

Sementara khalaqal insaana min’alaq merupakan cara untuk menyadarkan manusia tentang hakikat jati dirinya. Agar kegiatan meriset tersebut tidak menyebabkan arogansi intelektual merasuk ke relung hatinya dan semakin menyadarkan bahwa dirinya kecil di hadapan Allah swt.

“Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah ; Yang mengajarkan manusia dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” Qs Al Alaq ayat 3-5.

Sangat jelas, dalam wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril, Allah menyuruh manusia untuk mempelajari ilmu-Nya. Semata-mata mencari rido Allah swt. dengan membaca, menelaah, meriset, merenungkan, bereksperimen dan berkontemplasi berulang-ulang. Menarik bukan?



Jadi.... akankah aku menyerah?

Tentu tidak :) 
aku adalah calon ilmuwan, sudah tugasku melengkapi puzzle-puzzle itu.
meskipun dalam keterbatasan, hanya sebagian kecil, tak bergambar, sekedar bentuk atau bahkan bayangan..

Iqra! Itulah yang sedang dan akan terus kulakukan, insyaallah :)

Katakanlah (Muhammad) : “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)” Qs Al Kahf ayat 109.


Semangat scientist!! :D





Sumber :

  • Al Quran dan terjemahannya : Edisi Ilmu Pengetahuan
  • Amiruddin, Aam. 2004.Tafsir Al Quran Kontemporer : Juz Amma Jilid I, Edisi Revisi. Khazanah Intelektual.
  • Zhou, M-L., Hou, H-L., Zhu, X-M., Shao, J-R., Wu, Y-M., Tang, Y-X. (2010). Molecular regulation of terpenoid indole alkaloids pathway in the medicinal plant, Catharanthus roseus. Academic Journals. pp.663-673.

Minggu, 15 Juli 2012

Komik AL HAYAAT (Part.1)


Komik Al Hayaaat
kyaaa kyaaaa kyaaa XD
Baru rencana dan sketsa kasar..

Insyaallah jika hati ini masih mampu akan direalisasikan :D
Untuk memudahkan propaganda agar bisa lebih menarik minat massa (semoga ya Allah..)
Yuk liat tokoh-tokoh utamanya \(^,^)/

ini Kapten Aip (bajak laut terbersih sedunia), Kepala Departemen Keuangan Al Hayaat :D

ini Master Faqih, Kepala Departemen Syiar Al Hayaat :D


ini Chef Stipo, Kepala Departemen BRTK Al Hayaat :D


Masih ada Mastermind Joko (Ketua Al Hayaat, pusat dari segala pusat pergerakan Al Hayaat #hehe) dan beberapa tokoh lainnya ufufufu :3
Rencananya hanya kadep dan ketua yang akan dijadikan tokoh komiknya :D

tapi tunggu hati ini mood menggambarnya ya hahahaha 
Dasar moody..
Semoga ini nggak sekedar keinginan sesaat :)

Minggu, 24 Juni 2012

Kami Bisa, Kami PASTI Bisa!


Bismillah..
Assalamualaikum wr.wb..

Percakapan di Bus gratis Pekan Raya Jakarta menuju Monas siang tadi sukses membuat otak ini nggak mau merilekskan mata dan tidur..

Errr… dimulai dengan keinginan untuk merefresh jiwa, hari ini geng KP Bogor-Cibodas bersatu menuju Pekan Raya Jakarta .  Kami ber 10 (Aku, Alyssa, Sri, Ellis, Jeane, Dessaeda, Agnes, Indra, Udin dan Pak Kahim Teguh) membolang dari Bogor ke Jakarta naik kereta bagus (jika dibandingkan dengan KRD Ekonomi Cimahi-Bandung) :D

Aku datang ke stasiun dengan mata yang (katanya) sembab , jadi dikira belum mandi #enak aja . Untuk menjelaskannya (bahwa aku udah mandi) cerita itu keluar dari mulutku yang memang sedang butuh didengarkan.

Sambil duduk di lantai bus (ini bus kursinya beneran cuma setengah, setengahnya lagi raib dimakan tikus #ngarang) Kahim NYMPHAEA yang beneran Kahim itu, sepertinya melihat gelagat menyerah dari ceritaku. Dimodali dengan kertas promosi CS* BlueB*** yang ada tanda tangan Agnes Monikanya (cuma fotokopian) dan pinsil Fa**r Cas***pinjaman dari Udin, Pak Kahim mulai beraksi…

Sret sret sret.. (ceritanya dia lagi menuliskan sesuatu diatas kertas)

lalu dia mulai bercerita, kurang lebih begini :

Nis, waktu itu aku pernah mendapatkan sebuah inspirasi dari seorang Kakak kita, anak Fisika 90. Beliau terlibat sebagai konseptor Indonesia Mengajar. Ketika itu mereka melakukan semacam kajian untuk membaca pola kepemimpinan Bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan hingga yang akan terjadi di masa depan.

Pada mulanya, Indonesia merupakan negara kepulauan yang wilah pemerintahannya terbagi-bagi berdasarkan wilayah kerajaan. Pemimpin yang menentukan kebijakan dalam menjalankan sistem pemerintahan pada saat itu adalah Raja dan orang-orang terdekatnya.

Namun, masa itu berlalu ketika penjajah mulai berdatangan ke Indonesia. Kepemimpinan jatuh pada kaum bangsawan. Bangsawan pribumi memiliki derajat yang cukup untuk diberikan pelayanan yang sama dengan kaum penjajah.

Setelah Belanda datang dan mulai mengenalkan budaya bersekolah, muncul sosok-sosok pribumi yang berpendidikan sebut saja Budi Utomo. Dengan kelebihan yang mereka miliki, kepercayaan sebagai seorang pemimpin ketika itu diamanahkan pada mereka. Meskipun sebagian dari mereka adalah bangsawan, trend kepemimpinan saat itu mulai dipegang oleh orang-orang yang berpendidikan.

Para pendahulu yang sempat menikmati manfaat dari bersekolah menyadari bahwa rakyat pribumi harus cerdas. Maka muncullah sekolah-sekolah pribumi sehingga makin banyak tercetak manusia berpendidikan, meskipun saat itu mereka masih harus bergerilya untuk bersekolah. Trend ini terus berlanjut hingga Indonesia merdeka, hingga Soekarno, hingga negeri ini masuk ke dalam babak baru : Revolusi.

Ya, tau kan.. Pada masa revolusi, dibutuhkan pemimpin yang kuat baik secara fisik, mental maupun jiwanya. Soekarno kemudian digantikan oleh seorang pemimpin yang memenuhi kriteria tersebut yaitu Soeharto. Dan pada masa itu, kepemimpinan berada di bawah kekuasaan kaum militer.

Lama berada di singgasana, membuat seorang bisa lupa diri. Kali ini rakyat Indonesia bukan lagi manusia-manusia pekerja fisik. Sebagian besar merupakan kaum terdidik. Ketidakadilan yang disadari dihadapi dengan perlawanan. Indonesia masuk dalam babak baru : Reformasi. Kala itu, kepemimpinan berada dibawah tangan kaum aktivis yang sebagian besar juga berpendidikan. Sebut saja Amien Rais.

Sebagian orang, termasuk aku (Pak Kahim) mengira bahwa masa bagi para aktivis untuk memimpin Indonesia masih berlangsung hingga saat ini dan akan terus berlangsung di masa depan nanti. Tapi ternyata dugaanku tidak sepenuhnya benar… dan itu membuatku cukup galau #aseek

Jika diperhatikan baik-baik, sepertinya Indonesia akan memasuki babak baru. Artinya, masa bagi para aktivis mungkin akan segera usai..

Berdasarkan analisa kondisi, ada dua golongan calon pemegang kepemimpinan Indonesia di masa mendatang : para profesional daaaan ….
#jengjengjengjeeeng

Entrepreneur!

Ya, entrepreneurship merupakan hal yang gencar di kembangkan di Indonesia saat ini. Sosok-sosok entrepreneur besar lebih dikenal dan memberikan pengaruh yang cukup besar di masyarakat. Tidak sedikit dari mereka yang kini mulai bermain di arena politik…. atau dibalik, tidak sedikit dari orang politik yang juga merupakan entrepreneur besar seperti Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie dan Surya Paloh.

Untuk itu, jika kita ingin menjadi bagian dari kepemimpinan Indonesia di masa mendatang, jadilah salah satu diantara kedua golongan diatas : professional atau entrepreneur.

Belum saatnya kamu menyerah untuk jadi entrepreneur, apalagi Cuma gara-gara Symbion… Kamu bisa memulai lagi di Al Hayaat ini :D

Jakarta sore itu (di stasiun menunggu kereta) Monas tersenyum menatap matahari malu-malu


* * * Selesai * * *

Asik ya Kahim kita, nggak salah pilih orang memang , hahahaha :p





Ini sengaja ku share atas izin Pak Kahim, karena insyaallah ada manfaat yang bisa kita (terutama aku) ambil dibalik obrolan itu. Apalagi bagi taman-teman yang berminat jadi entrepreneur, profesional atau yang lagi galau sekalipun :p

Tapi sebenernya ada pesan yang ingin kusampaikan...

Belum lama ini aku pernah diamanahi sebagai kadiv funraising Symbion. Dan aku merasa bener-bener failed sampai akhirnya jadi trauma sendiri untuk meng-handle segala sesuatu mengenai per-fundraisingan, per-danusan dan pencarian uang sampai sekarang, sampai detik ini. 

Lebay memang, tapi begitulah adanya, karena aku telah mengorbankan beberapa amanahkku yang lain demi Symbion tapi hasilnya jaaaaaaaaaaaauuuh dari memuaskan! 

Ya… itu sih karena kelemahanku sendiri.

Ketika diberikan amanah sebagai sekdep Al Hayaat, ternyata kondisinya nggak jauh beda dengan Symbion, mulai dari sumberdaya manusia yang terbatas (klasik!), kurangnya komitmen dalam menjalankan proker, timeline yang sering terabaikan, koordinasi yang tidak baik…

Hingga sampai setengah masa kepengurusan, keuangan belum menghasilkan uang sepeserpun!

Demi Allah! ini rasanya jauh lebih sakit dibandingkan Symbion. Dan akan lebih sakit lagi jika sampai akhir kepengurusan nanti, amanah yang ada masih belum bisa diusahakan dengan maksimal… (maaf bawa-bawa perasaan pribadi)

Salah satu kesalahan fatal yang pernah aku lakukan selama Symbion adalah kurangnya koordinasi dan update kondisi ke massa himpunan. Tapi kali ini, kami (terutama aku) nggak akan terjerumus ke lubang yang sama. 

Meskipun sebenernya udah agak terlambat…

Departemen Keuangan Al Hayaat memohon bantuan teman-teman Al Hayaat semuanya dalam menjalankan proker keuangan baik sebagai team danus ataupun koordinator penanggungjawab Inpak angkatan.

Insyaallah inpak akan mulai diedarkan mulai awal semester ganjil 2012 :)
Dan event yang akan datang adalah Pendaftaran Ulang ITB jalur SNMPTN (pertengahan Juli), disana dibutuhkan massa danus dalam jumlah yang cukup besar.

Bagi teman-teman yang berniat membantu, silahkan komentar no hp dan alamat email. 

Berhubung sebagian besar angkatan 2009 sedang KP, mungkin timeline dan rincian teknis proker akan dikirim via email segera setelah fix.

Terimakasih banyak ya :)
Kami percaya bahwa Al Hayaat adalah satu kesatuan hidup yang utuh, insyaallah..
Semogga Allah mempermudah langkah teman-teman dan semoga Allah membalas kebaikan teman-teman dengan sebaik-baiknya balasan.. :)

"Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka tidak sedikitpun dirugikan (dizalimi)" Qs Al An'am ayat 160.


Wassalamualaikum wr.wb
Salam hangat, Departemen Keuangan Al Hayaat :)


Jumat, 15 Juni 2012

Love Fusion!!


Seperti ketika Tokyo Tower, bayangan itu menari-nari di kepala
Datangnya bukan dari Jin, tapi dari keinginan yang kuat dan pengharapan… Lalu semuanya jadi nyata (amin)

Semacam euphoria diam-diam. Ketika mendengar kabar para Fasttrack-ers 2008 sudah mendapatkan S.Si nya. Si otak kanan mulai membandel, menghayal dan membayangkan sesuatu : Akhir dari perjalanan S1 selama di SITH. Lalu si otak kiri mulai menyusun langkah, apa yang harus dilakukan agar bayangan tersebut menjadi nyata. Semacam algoritma, dimulai dari menyelesaikan KP, lalu bergerak untuk TA dan kuliah seperti biasa (harus dengan peningkatan IP) ditambah dengan menyelesaikan beberapa SKS S2 di tingkat tua (tingkat 4).

Padahal pengumuman penerimaan fasttrack juga belum muncul.. hehe
Yah biarlah, namanya juga pengharapan, bagian dari cita-cita.

Lalu ada keraguan, penyimpangan algoritma seperti :
  • Belum dapet topik TA yang spesifik. Semuanya seba menarik. Gara-gara mencintai Biologi seutuhnya, jadi susah menentukan pilihan kaaaan :3 #alesan
  • Masih ragu memilih mata kuliah S2 yang tepat untuk semester 7 dan 8.
  • Masih ragu pada kemampuan diri sendiri, meskipun pernah mengalami akselerasi, sepertinya yang ini akan sedikit berbeda dan lebih menantang!

Dan yang didepan hidung : adaaaa aja rintangan dalam mengumpulkan data KP contohnya kontaminasi kultur jaringan dengan tingkat survival <30%.

Rasanya belum sempurna jika seluruh target pencapaian itu belum terealisasikan. Lalu, gimana caranya supaya jadi real ?? 
The Secret (my secret) : visualisasikan, berdoa dan berikhtiar setelah itu tawakal.... 
Karena aku punya Allah J

Dan suatu hari nanti Insyaallah…


Love Fusion!!
Nisa Nur Iskandar S.Si dan Destry Nurfitri Arisandi S.Si
Pertengahan Juni 2013
Ruang Seminar Lt.3
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati
Institut Teknologi Bandung

(sedikit) alay memang, tapi bayangan ini benar-benar tak mau lepas dari kepala.. hahaha

“”… Apakah manusia akan mendapatkan segala yang dicita-citakannya? Maka milik Allah-lah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia” Qs. An-Najm : 24,25.

Ya Allah, permudah langkah kami, tunjukkanlah jalan yang terbaik menurutMu J
SEMANGAAAAAAATTTTT!!!!