Halaman

Sabtu, 29 Maret 2014

Jika Kau (mau) Mengerti :)

#waktu istirahat makan siang
#di sebuah foodcourt di.. hmm,  sebut saja salah satu daerah perkantoran di sebuah kota metropolitan.

A : “Hmmm jadi apa yang kamu lakukan?”

S : “Ya, meneliti, what else?”

A : “selama 7 tahun terakhir?? Selalu? Setiap hari?”

S : “hm hmm”

A : “membosankan bukan? Hah”
#A membenarkan letak dasi, memasukkan satu kotak gula dalam cangkir tehnya.

S : “well I don’t think so
#S tersenyum

A : “haha, kau pasti bercanda”
#A membenarkan letak dasi, bersender pada kursinya sambil menyeruput teh dengan santai

S : ”we made that
#S menunjuk wadah gula

A : “Hah?”

S : “kau tau darimana itu berasal?”

A : “gula? Tebu tentu saja”

S : “ya, tebu.. Saccharum officinarum L.”

A : “so whaat?!”

S : “Ada.. baaaanyak sekali varietas tebu yang berbeda di setiap daerah, setiap negara. Seluruh varietas itu memiliki nilai rendemen gula yang berbeda… ah kadar gula yang berbeda. Jadi tidak semuanya baik digunakan untuk membuat gula”

A : “Ya, I know..”
#A menjawab malas dan pura-pura tahu, mata mengerling ke atas.

S : “ Ya… Maka manusia akan menyeleksinya, hanya yang terbaik yang mereka kembangkan. Sisanya? terlupakan. Jumlahnya akan menurun, dan yang buruk adalah keanekaragaman genetiknya juga akan menurun. Homogen, nyaris homogen. Kau tahu apa artinya? Penyebaran penyakit mudah terjadi, daya adaptasi rendah, survival rate menurun. Dengan kata lain….. kepunahan.

Tugas pertama kami, adalah dengan tidak membiarkan itu terjadi. Plasma nutfah yang ada harus tetap terjaga. Kau tidak akan tahu apa yang akan terjadi ke depan jika kau kehilangannya. Bahkan bentuk plasma nutfah yang mungkin kau anggap tak berguna sekalipun. Atau bahkan kau anggap rumput.

Yang kau jaga adalah makhluk hidup,  A. Mereka akan mati. Maka kau harus mepertahankannya dengan kata lain mengembangbiakkannya. Rejuvenil kau bilang? ya.. semacam itu… setiap varietas harus kau pertahankan. Kau tanam, kau rawat, dan sebelum dia mati kau harus sudah mendapatkan keturunannya untuk kau tanam kau rawat.. dan seterusnya dan seterusnya…

Dan perlu kau ingat. Ada baaanyak varietas tebu. Bukan hanya satu”.

A : “ya, membosankan kubilang”.

S : “No, itu belum selesai. Manusia tidak pernah puas bukan? Mereka juga terus berkembang biak. Maka kebutuhan juga meningkat, dan itu harus diimbangi dengan peningkatan produksi. Untuk tumbuhan seperti tebu, kami melakukannya dengan cara yang lebih singkat… “

A : “singkat? Kau pasti bercanda! bertahun-tahun dalam lab kau sebut singkat??”

S : “ya, jauh lebih singkat dibandingkan dengan persilangan konvensional untuk mendapatkan benih unggul. Kau tidak akan pernah tau apakah persilangan itu akan berhasil atau tidak untuk mendapatkan keturunan dengan sifat yang diharapkan. Dan itu memakan waktu”.

A : “jadi, apa yang kau sebut singkat itu?”

S : “In vitro, kau melakukannya dengan teknik kultur jaringan. Kau tahu? Tidak seperti hewan, tumbuhan bersifat lebih… totipoten. Kau bisa melakukan dediferensiasi dan diferensiasi dengan metode yang lebih mudah”.

A : “Ya, ya, ya… aku tahu, aku tahu. Lalu dari sebuah daun, atau akar, atau batang kau bisa mendapatkan sebuah individu tanaman baru bukan??”

S : “ya, tapi tidak semudah itu. Jika hanya itu, kau hanya membantu mengembangbiakkannya secara vegetatif”.
#S tersenyum

S : “Tugas kami adalah untuk mendapatkan varietas baru yang unggul. Maka yang pertama kami tumbuhkan adalah sekumpulan sel yang bisa kau sebut kalus. Butuh sekitar 3 minggu untuk mendapatkan itu.

Kemudian kalus itu akan kami beri perlakuan yang bisa menyebabkan terjadinya mutasi. Secara fisika, atau kimia. Hmm, tebu apa yang kau inginkan? “

A : “ya, apapun lah. Tebu yang bisa tumbuh di lahan asam mungkin, haha”.

S : “Oke, tebu yang bisa tumbuh pada lahan asam… Kalus tersebut kemudian akan kami kembangkan pada medium dengan kondisi asam.

Maka kau akan mendapatkan ada  bagian kalus yang bertahan hidup setelah perlakuan, ada pula yang mati. Yang bertahan hidup adalah yang kemungkinan besar mengalami mutasi. Tapi kau tidak pernah tau apa yang terjadi, karena mutasi itu terjadi secara acak. Selanjutnya yang kau lakukan adalah memperbanyak kalus itu”.

A : “Aku tidak butuh kalus, aku butuh gula”.

S : “ya, sabar sedikit. Ketika kalus tersebut cukup banyak, kau akan memindahkannya ke medium yang baru. Disana kau lakukan diferensiasi dan pembentukan organ, kau tumbuhkan daun dengan menggunakan zat pengatur tumbuh sepert auk…”

A : “Auksin sitokini, whatever

S : “Benar, auksin dan sitokinin, dimana konsentrasi sitokinin lebih tinggi dibanding auksin. Lalu setelah itu kau tumbuhkan akar”.

A : “dan menjadi sebuah tanaman kecil, dan kau tanam di tanah lalu menjadi gula”.

S : “tidak semudah itu, kau harus mengaklimatisasinya terlebih dahulu, membiasakannya dengan lingkungan baru yang lebih menantang, lalu menyeleksinya hingga kau benar-benar mendapatkan apa yang kau mau dari sepetak tanah asam.. hingga menghasilkan itu”
# S sambil menunjuk wadah gula

A : “hmmmh”
# A merengut bosan

S : “Mungkin apa yang kulakukan, kami lakukan, tampak begitu tak berarti dan hanya buang-buang waktu bagimu, bagi sebagian besar mereka yang ada di luar sana. Adakalanya pada saat-saat tertentu itu terasa menyakitkan dan menyedihkan bagi kami. Tapi percayalah, kami ada di belakang layar perjuangan untuk mempertahankan kehidupan Homo sapiens, spesies dengan rasio otak besar dan ego yang tak kalah besarnya.

Terkadang, kami sendiri tak bisa merasakan manfaat dari apa yang kami kerjakan dengan mempertaruhkan waktu hidup kami. Karena jika kau tahu, makhluk hidup adalah sebentuk misteri tak berujung, hanya sebagian kecil dari sebagian kecil kepingan saja yang sanggup seorang peneliti genggam. Tapi aku yakin, ketika kepingan demi kepingan mulai bersatu membentuk sebuah gambar, keturunan kitalah yang akan merasakannya. Seperti gula yang kau nikmati itu… jika kau mengerti”

#S tersenyum sambil membayangkan ratusan generasi peneliti ke belakang yang mempertaruhkan waktu hidupnya hanya untuk “sekedar” berkutat dengan tebu, gula dan segala hal tentang in vitro.

# A masih diam mencerna sambil menyeruput tehnya yang terasa manis.

Jika kau (mau) mengerti kami.. :)

Itung-itungan Anak Kosan

Perkenalkan, nama saya Nisa, mahasiswi semester 4, ngekos di sekitar Plesiran deket kampus ITB, Kota Bandung.

Aku mau berbagi cerita tentang bagaimana hidup hemat dan saving uang bulanan selama kita ngekos terutama bagi yang ngekosnya di sekitar Plesiran-Kebon Bibit-Taman Hewan. Sebenernya ini reminder buatku juga supaya jangan boros, terkadang jajan dan belanja yang kecil-kecil suka bikin nggak kerasa, tau-tau ketebalan dompet kita semakin menipis tak terkendali…

1. Bangun pagi, jalan kaki
Bangun pagi, siap-siap lebih pagi. Sediakan waktu 20-15 menit lebih awal untuk jalan kaki ke kampus. Itu udah lebih dari cukup meskipun jalannya agak leyeh-leyeh. Ongkos dari gapura plesiran ke kampus Rp. 1.500 - 2.000 sekali jalan, bolak-balik Rp. 3.000 - 4.000. Dengan jalan kaki kita bisa save Rp 3.000 x 30 hari = Rp 90.000 atau Rp 4.000 x 30 = Rp 120.000 sebulan.

2. Bekal minum
Kalau kuliahnya dari pagi sampe sore nggak mungkin nggak minum kan? Bisa dehidrasi ntar..
Tapi hari gini air mineral mahal, Rp 2.500-3.000 sebotol. Kadang karena ngerasa “kagok” jatohnya malah beli minuman berasa dingin yang harganya >Rp. 5.000 sebotol #nahkan
Supaya hemat bekel air minum aja dari kosan, atau ngisi air dari watertap kampus. Beli botol minum kan hanya sekali, dengan Rp. 4x.xxx kita udah bisa dapet yang kualitasnya bagus.

Dengan asumsi 4 hari dalam seminggu beli air mineral*, jika kita memilih bekal air minum dari kosan kita bisa save Rp 3.000 x 4 hari x 4 minggu = Rp 48.000 sebulan.

3. Masak nasi
Nasi seporsi rata-rata harganya Rp 3.000, setengah porsi Rp 2.000. Kalau punya rice cooker sebaiknya masak sendiri aja nasinya.. nggak susah kan, dan lebih hemat.
Beras yang paling bagus di pasar harganya Rp. 10.000/kg. Kalau aku, sekali makan nasi hanya 45-50 gr. Jadi dengan Rp 10.000 bisa buat 20-21 kali makan dengan kata lain cukup untuk seminggu (sehari 3x makan).

Dengan masak nasi sendiri dibandingkan beli nasi setengah porsi aku bisa hemat (Rp 2.000 x 3 kali makan x 30 hari) – (Rp. 10.000 x 4 minggu) = Rp 180.000 – Rp 40.000 = Rp 140.000 sebulan.

4. Masak sendiri
Ini agak susah ngitungnya, yang pasti jaaaauh lebih murah.
Kalau punya waktu luang sejam atau dua jam ada baiknya masak sendiri aja. Misalkan untuk 3x makan aku hanya mengeluarkan Rp 3.000 untuk beli tempe mentah, dengan bumbu seadanya (bawang merah, bawang putih, ketumbar, cabe, garam dan kecap) udah lumayan kok untuk lauk seharian.

5. Stok cemilan
Stok cemilan cukup mencegahku untuk jajan terus-terusan. Beli snack kiloan di pasar harganya murah, memang nggak semua rasanya pas di lidah, tapi nggak sedikit juga yang enak loh.. cemilan yang sering kubeli stik keju (Rp 8.500/250gr) dan soes kering isi coklat (Rp 13.000/250gr). Itu udah cukup untuk mencegahku jajan selama 2 minggu.
Kalau belinya di Balubur, beli di Bapak2 yang di tengah deket tangga, samping Kakek yang jual plastik. Harganya murah dan suka kasih diskon :D

6. Stok minuman
Kadang dalam seminggu adaaaa aja keinginan untuk minum minuman yang berasa.. hehe
Kalau aku paling suka minum teh, tapi kalau beli yang udah jadi harganya mahal (Rp 1.000/gelas, ±Rp 5.000/botol) dan banyak pengawe+zat tambahan lainnya.

Bikin teh sendiri lebih murah sediakan saja stok teh di kosan. Misal teh celup Prendjak isi 24 kantong harganya hanya Rp. 4.500 + gula putih (gulaku Rp 7.450/500gr) udah cukup untuk sebulan.

7. Cuci baju sendiri
Bagi yang berjilbab sepertiku pasti tau betapa banyaknya cucian karena pakaian yang digunakan dobel-dobel. Dalam seminggu aku bisa mengotori 5 kg pakaian. Kalau di laundry Rp 6.000/kg, seminggu bisa habis Rp 30.000
Lebih baik cuci baju sendiri aja.. harga detergen yang bagus Rp 14.000/kg (cukup untuk 6 bulan), ditambah pelembut pakaian Rp 24.000/900ml (cukup untuk 4 bulan).

8. Pakai kanebo
Tissue Rp 9.000 - Rp 13.500/200 lembar. Kadang nggak kerasa, dikit-dikit lap, dikit-dikit lap... kalau sehari 2 lembar bisa habis dalam 3 bulan. Pakai kanebo aja, beli sekali Rp 20.000 bisa dipakai untuk mengelap kotoran sampai bertahun-tahun.

Sekian itung-itungannya, semoga bermanfaat yaa :D
Jangan lupa, saving uang bulanan itu bukan di akhir pas ada sisa, tapi di awal. 
Ayo kita buat komitmen untuk hidup hemat :D                                                                                               

Senin, 24 Maret 2014

Haruskah Menunggu Mapan untuk Menikah?

"Anak Muda...
Menikahlah Sebelum Mapan, Agar Anak anak anda dibesarkan bersama kesulitan - kesulitan anda.
Agar Anak anak anda kenyang merasakan betapa ajaibnya kekuasaan Allah
Jangan sampai anda meninggalkan anak anak yang takpaham bahwa hidup adalah perjuangan".


-Adriano Rusfi-




Ayah dan Bunda termasuk pasangan yang menikah dengan bekal secukupnya. Dengan uang yang mulanya akan digunakan untuk acara pernikahan, tapi tidak jadi karena ternyata di akad nikah sudah banyak sekali tamu yang hadir, Ayah dan Bunda membeli sebuah rumah dengan harga Rp 3.000.000 (kalau sekarang nilai uangnya mungkin sekitar Rp 30.000.000). Rumah pertama keluarga kami yang sederhana, letaknya di Gang Dahlia No.57, belakang RS. Dustira Cimahi.

Benda yang pertama kali Ayah dan Bunda beli adalah sebuah karpet merah tipis dan sebuah kasur busa yang mereka gunakan berdua, karena memang baru itu yang bisa mereka beli. Saat itu penghasilan Bunda sebagai seorang karyawan kantor di sebuah pabrik tekstil masih lebih tinggi dibanding Ayah yang calon dosen. Bundaku memang sudah lama bekerja sejak lulus SMK karena harus membantu Mbah dan Nenek membiayai kuliah adik-adiknya. 

Untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga, selain mengajar Ayah membuka toko alat elektronik di Pasar Cimindi. Ayahku memang seorang pekerja keras, beliau tak terbiasa duduk-duduk santai di waktu luangnya. Kemampuan Ayah berdagang didapatnya sejak masih kecil dengan berjualan es lilin dan membantu Nenek berjualan ikan di pasar.

Dengan kondisi seperti itu, dari pagi hingga sore mereka berdua tak pernah ada di rumah, hingga aku terpaksa dititipkan di rumah Nenek (dari Bunda). Biasanya setiapkali Bunda berangkat di pagi hari aku menangis dan mengejarnya menyusuri gang sampai jalan raya, aku baru berhenti menangis kalau Nenek atau Bule yang menyusulku dari belakang menasehatiku bahwa Bunda dan Ayah melakukan semuanya untuk bisa membelikanku susu :) . Mungkin karena orangtuaku sibuk, di usia 3 tahun aku sudah dimasukkan ke TK.

Di tahun 1997, saat usiaku 4 tahun, Ayah dan Bunda mulai merintis usaha baru berupa toko bahan bangunan. Saat itu bangunan toko masih kecil, sangat sederhana dan semipermanen, sebagian dibuat dari papan dan triplek. Barang yang dijualpun belum begitu banyak jumlahnya.

Krisis ekonomi yang terjadi pada 1998 justru menjadi titik balik finansial keluargaku. Krisis ekonomi saat itu mungkin menjatuhkan bagi mereka yang memiliki aset berbentuk saham, reksa dana, obiligasi dan aset liquid lainnya, tapi menguntungkan bagi mereka yang mempunyai real asset dalam bentuk barang dan tidak memiliki hutang, seperti Ayah dan Bunda. Keuntungan yang didapatkan dari berjualan cukup untuk membangun toko sekaligus rumah baru bagi keluarga kami. Semenjak itu usaha Ayah terus berkembang hingga kini. 

Setiap keluarga punya “kisah finansial”nya masing-masing, ada yang memang sudah mapan dari sebelum perjanjian agung diucapkan, entah karena faktor kerja keras calon mempelai pria atau warisan turun-menurun, ada pula yang berbekal secukupnya lalu merintis bersama-sama dan mapan bersama-sama. 

Kalau aku, aku memimpikan yang kedua.

Karena ada sarana pembelajaran yang luarbiasa di sana, sarana untuk saling mengenal karakter satu sama lain, sarana untuk saling membangun satu sama lain dan sarana untuk berjuang bersama-sama. Aku percaya keberuntungan dan keajaiban Allah akan lebih dekat pada mereka yang mau berjuang dan bekerja keras termasuk dalam menjalani hidup.

Mungkin mudah mendapatkan orang yang mau di ajak senang tapi tak mudah mendapatkan orang yang bisa di ajak susah. Padahal kata Ayah, kehidupan itu tak selalu di atas, kita tak pernah tahu kapan Allah akan mengambil kembali apa yang pernah Ia titipkan. Alangkah indahnya ketika kita punya pasangan yang siap akan hal itu bukan? :)

Bagaimana denganmu? :)

menikmati hasil perjuangan bersama, matahari terbenam di Laut Merah :")

Jumat, 14 Maret 2014

A Ba Ta Tsa

Di sebuah hari biasa, tiba-tiba seorang senior memposkan sebuah link video di account medsosnya. Link video A-Ba-Ta-Tsa. Pikiranku langsung melayang bahagia, kembali menjangkau memori masa kanak-kanak.



Kalau kalian anak muslim tahun 90an pasti tau banget lagu (dan kaset) ini kan??
Seingetku ini kaset pertama yang dibeliin Ayah buatku (terus ilang kasetnya), kaset ini udah ada sebelum Cinta Rasul (1,2 dan 3) booming. 

Main song kaset ini ,A-Ba-Ta-Tsa, memudahkan anak kecil menghafal huruf hijaiyah loooh…. (bagian terkeren dari lagu ini adalah ketika menyebutkan huruf hijaiyah dengan tempo sangat cepat! Itu bagian yang paling kusuka dulu haha #alay :D)

Diantara semua lagu aku paling suka lagu “Allah Turunkan Hujan”,
sampai sebelum aku menemukan kembali link videonya, kadang aku masih suka nyanyi-nyanyi bait pertama lagu itu (karena memang hanya itu yang terisa dari ingatan masa kecilku). Begitu nemu link lagu utuhnya rasanya seneeeeeeng banget, terharuuu karena sampai sekarangpun aku masih suka lagu iniiiiiii :’)

Allah turunkan hujan
Dari gumpalan awan
Dari langit yang tinggi~
Membasahi seluruh bumi


lagu-lagu di kaset ini selalu menemani masa kecilku nan-bahagia, diputar berulang-ulang tak jemu-jemu karena lagunya dinamis dan “enakeun” semua meskipun ada bahasa inggrisnya (yang dulu dinyanyiin asal bunyi tak peduli apa artinya).

Indahnya kenangan masa lalu, betapa “normal” dan bahagianya masa kecil kita dengan hiburan yang “sepantasnya” dan sarat akan makna. Dikemas dalam bahasa sederhana, dengan bentuk menarik dan aransemen yang bagus, bukti keseriusan dalam menyajikan hiburan yang layak dan mendidik bagi anak-anak.
Jauuuuuuuuhhhh jauuuuuuuuuuuuuuuuuuuh lebih bagus dibandingkan dengan lagu-lagu anak jaman sekarang (kalau boyband atau girlband “junior” itu masih bisa dikategorikan sebagai “anak-anak” dengan lagu-lagu galaunya).

Begitu dapet linknya, tanpa pikir panjang langsung kudonlot semua.
Akan kusimpan untuk keturunanku nanti :’)



Siapapun anda yang dengan tulus ikhlas merekam ulang kaset Neno Warisman & Aulade Gemintang ini, terimakasih ya, semoga kelak keturunan-keturunan anda masih bisa merasakan masa kecil yang dihiasi dengan hiburan yang layak, bermakna dan bermanfaat :D.