Pak Ori,
Bapak tua pengumpul botol bekas selai itu.
Yang jadi buruanku dalam perjalanan bolak-balik clueless seorang diri di Inhoftank, yang ternyata markasnya berada di dalam gang sempit itu. Tanpa Ibu warung dan Mamang service TV mungkin aku tak akan pernah berjumpa dengannya.
Waktu kusodorkan bon bukti transaksi pada Ibu, beliau hanya bisa tersenyum melihatnya. Karena tulisan dalam bon itu adalah tulisanku, ada berkas kotor di bagian bawah kertas, dan tanda tangan besar bertuliskan O-R-I. Satu-satunya bukti otentik dari eksistensi Pak Ori.
Pernah suatu hari terlintas dalam pikiran, bagaimana jadinya kalau Pak Ori and the gank tak pernah ada di dunia ini. Barangkali aku harus mengumpulkan uang berjuta-juta untuk sekedar membeli ratusan botol magenta (Rp 17.000 sekian perbotol ternyata, bukan Rp 100.000). Hanya sekedar untuk memulai TA.
Kalau dipikir-pikir, TA ini tak akan mungkin selesai tanpa bantuan berbagai pihak yang baik hati ya...
Pak Ori yang setia mengabari lewat telefon setiapkali banyak botol selai berbentuk serupa sudah terkumpul, yang senang sekali menceritakan tentang anak perempuannya, yang kikuk mempersilahkan Aku dan KaChang duduk di atas kursi plastik sampai memecahkan sebuah gelas, dan teman-temannya yang selalu bersedia ditumpangi shalat, yang bersedia mengantar karung-karung botol menembus hujan dan banjir dengan gerobak sampai terminal. Aryo dan Udin yang bersedia membatu mengangkut karung-karung itu ke lantai tiga dengan konsekuensi terkotori oleh cairan berbau sampah.
Hehe
Nah, gank Pak Ori dan gank bibi-cuci-sampai-midnight.. yang mau nulis skripsi dan thesis, jangan lupa nulis nama Pak Ori di kata pengantar kalian yaaaaaa.. semangat kuljar!! semangat!! haha :D
#nostalgia
#labsepi
#mohonmaaflahirdanbatin :3
semangat kuljar, selalu semangat |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar