Halaman

Selasa, 16 Oktober 2012

Diorama SMA


Setiap orang memiliki masa lalunya masing-masing, memiliki kisahnya masing-masing. Semuanya pasti pernah merasakan jatuh, pernah merasa tak yakin, pernah merasa kecewa, atau mungkin pernah dikhianati… Begitulah hidup... Indah bukan?

Saat itu aku resmi menjadi siswi akselerasi setelah melewati beberapa tahapan tes dan wawancara. Kami berdua, aku dan Fathimah menghabiskan tahun kedua melahap mata pelajaran kelas VIII dan IX sekaligus. Saat itu sistem yang berlaku di sekolah kami adalah moving class . Pelajaran seperti seni rupa dan sosial kami skip dan kami ganti dengan mata pelajaran eksak yang akan di UANkan.

Aku sendiri tak pernah berencana akan menjadi anak aksel. Sama sekali tak menyangka energi kenakalan dan sifat “keras kepala akut” ku bisa dialihkan dengan belajar… Hahaha

Ketika itu aku menjalaninya dengan trial and error. Tak punya goal yang signifikan dan tak punya gambaran mengenai apa yang akan terjadi kedepannya. Hingga akhirnya tiba hari UAN yang ada di pikiranku cuma ini : lulus Alhamdulillah.. nggak lulus juga nggak masalah yang penting dicoba.. hehe

Singkat cerita akhirnya masa itu selesai dan keluarlah hasil UAN. Ternyata NEM ku biasa-biasa aja, meskipun tak meleset jauh dari prediksiku. Sayangnya NEMku kurang 0,5 dari syarat masuk SMA terbaik di kota Cimahi. Dengan berat hati aku terpaksa memilih salah satu SMA di cluster 2. Dan akhirnya aku memilih salah satunya dengan alasan : disana organisasi ekstra kulikulernya bagus dan lebih banyak. That’s it!

Aku bisa melihat kekecewaan dari kedua orang tuaku, terutama Ayah. Tapi selama bersekolah disana aku menemukan guru-guru yang luar biasa, yang mengajarkan siswanya dengan hati. Dan sahabat-sahabatku  yang luar biasa, yang memiliki semangat juang tak kalah dengan siswa-siswa unggulan. Selain untuk belajar, sisa waktuku kuhabiskan di rohis dan OSIS. Rasanya menyenangkan :D

Semester pertama bersekolah aku mendapatkan prestasi yang sangat memuaskan. Aku dekat dengan guru-guruku dan temanku banyak. Sedikit mengobati kekecewaan ayah. Tapi sepertinya memang hanya sedikit.. hehe

Dengan modal yang kudapatkan di SMAku yang lama, di pertengahan semester dua, dengan sangat tiba-tiba aku dipindahkan ke SMA terbaik di Kota Cimahi. Alasannya sekolah itu jaraknya lebih dekat dari rumah (10 menit jalan kaki) dibandingkan SMAku yang lama. Tentu alasan utamanya adalah demi masa depan (?), karena saat itu SMA yang Ayah pilihkan merupakan sekolah unggulan.

Dulu mungkin aku benar-benar ingin bersekolah disana tapi meninggalkan kehidupanku di SMAku yang lama rasanya juga tidak mudah. Untungnya aku masih bisa berkunjung sepuas hati untuk bertemu guru-guruku, mereka begitu baik hati menyambutku, mendengar cerita-ceritaku sambil duduk-duduk di taman sekolah…  dan sahabat-sahabatku yang luar biasa itu beberapa kali menyempatkan diri untuk berkunjung kerumahku meskipun jaraknya jauh dari sekolah…#terharu

Seperti yang kuduga, menjadi seorang anak pindahan itu bukan hal yang mudah. Apalagi ketika dirimu adalah seorang anak pindahan dari sekolah yang biasa-biasa saja. Saat itu aku dipandang sebelah mata. Jika kami disuruh membuat kelompok tugas, aku selalu mendapatkan kelompok “sisa”. Hahaha

Saat itu aku bukannya tak mengerti.. Aku cukup tahu diri dan bersabar.. just wait and see guys :p 

Yang paling menyakitkan, nilai yang telah kukumpulkan setengah semester sebelumnya tidak diakui. Agka-angka dalam berkas-berkas yang sudah disiapkan oleh wali kelasku sebelumnya selalu mendapat pandangan sinis. Padahal kurikulum yang diajarkan sama, tapi kualitasnya dianggap tidak memenuhi standar yang berlaku di SMAku yang baru.

“Saya tidak bisa percaya kalau hanya sekedar angka, saya butuh bukti” atau

“Benar nilai yang kamu dapatkan kemarin sebesar ini? Yang ini tidak bisa saya masukkan kedalam raport. Yang akan saya masukkan mulai dari ujian minggu depan”

Mungkin memang seharusnya begitu.. tapi rasanya sakit juga, padahal saat itu aku selalu mengerjakan tugasku dan ujianku dengan sungguh-sungguh. Mau tak mau aku harus berjuang mengumpulkan nilai di sisa waktu setengah semester untuk dituliskan dalam buku raport ku. Hmm…

Aku tak peduli orang melihatku seperti apa, memandangku seperti apa. Yang bisa kulakukan hanya berikhtiar semaksimal mungkin, berdoa… dan jujur (satu hal yang Fathimah ajarkan padaku selama masa akselerasi, hanya dengan mencontohkan, jazakillah Fathim J ).

Tanpa terasa setengah semester berlalu. Saatnya pengumuman ranking...

Pengumuman ranking 3 besar dan juara umum diumumkan ketika upacara bendera. Siswa kelas X yang mendapatkan ranking 3 besar mendapatkan penghargaan dan berhak masuk ke kelas unggulan XI IPA 5… Kelas unggulan.. hhmm.. tak bisa dipungkiri, banyak yang berhasrat untuk masuk kesana..

Aku sih boro-boro mikirin kelas unggulan.. aku pasrah, super pasrah..  tapi ternyata Allah itu memang luar biasa! aku diumumkan mendapatkan ranking 7! Sedikit kecewa, tapi sedikit kaget juga. Ternyata nilai yang hanya kukumpulkan dalam waktu setengah semester cukup signifikan. Alhamdulillah..

Setelah seremoni itu berlangsung teman-temanku mulai kasak-kusuk di kelas.. kenapa? Adakah yang salah?

Eits, ternyata ada yang salah dalam penghitungan skor akhir rapot. Beberapa anak yang rajin menghitung ulang jumlah skor raportnya menemukan kesalahan pada jumlah total. akhirnya tanpa diberi aba-aba kami sekelas menghitung ulang raport kami masing-masing (dan raport temannya bagi yang hobi) dan kami membuat urutan total skor mulai dari yang terbesar (ranking 1). Karena sudah merasa pasrah dan sudah merasa cukup bersyukur dengan urutan ke 7, aku tak begitu antusias, kubiarkan temanku yang menghitung ulang skor raportku.

“Nis, selisih skormu 12. Kamu harusnya ranking 3, bukan ranking 7!”.

Apaaaaaaa???!! Allahuakbar!!.

Kami  langsung menuju ruang guru, menyerahkan hasil penghitungan skor ulang. Dapat ranking 3 itu rasanya seperti menang jadi arang kalah jadi abu. Wali kelasku tak bisa berbuat apa-apa (?) pengumuman telah diluncurkan, piagam telah dicetak dan keputusan mengenai siapa saja penghuni kelas unggulan sudah terlanjur dibuat. Akhirnya aku hanya mendapatkan kata maaf (tak resmi) dari wali kelasku…

Bagiku tak masalah.. tapi Ayah kecewa sekali, seharusnya aku memperjuangkan hak ku…  
Saat itu aku hanya bisa berhusnudzon, aku yakinkan Ayah bahwa kelas unggulan tidak bisa menjamin apapun. Dan dengan masuk kelas regular aku bisa mendapatkan banyak hal dan lebih banyak teman  J

Setidaknya, aku bisa membuktikan bahwa aku bisa.

Begitulah… sekarang disinilah aku. Bersama kalian, di Institut yang diidam-idamkan banyak orang. Aku merasa jalanku begitu indah… sedikit berliku memang, tapi indah…

Tidak ada satupun yang kebetulan… Allah telah merencanakannya sedemikian rupa untukku, tentang apa yang akan terjadi, siapa saja yang kutemui…

Setiap orang memiliki masa lalunya masing-masing, memiliki kisahnya masing-masing. Semuanya pasti pernah merasakan jatuh, pernah merasa tak yakin, pernah merasa kecewa, atau mungkin pernah dikhianati… Haruskah kita mengutuki dan menyerah??

Percayalah pada Allah, alangkah indahnya dan mudahnya bila kita bisa melalui semua itu dengan berhusnudzon..

“Alaisallaahu biahkamilhaakimin? Bukankah Allah Hakim yang paling adil?”



-Untuk teman-temanku yang benar-benar mengenalku, yang tulus tanpa prasangka, yang selalu mengingatkan pada kebaikan, semoga Allah selalu melimpahkan kemudahan dan kasih sayangNya pada kalian -

1 komentar: