27 Agustus 2012
Ah, kalau dirasa-rasa.. rasanya menyesal. Kenapa baru
sekarang tangan ini rajin menulis, ketika semuanya hampir berakhir, ketika
diujung jalan.
Tidak seperti tiga hari sebelumnya, sekarang kampus
begitu ramai. Wajah baru anak TPB dimana-mana, dengan semangat baru, kekuatan
baru.. belum ternodai jelimetnya kalkulus dan abstraknya kimia :P
Hihihi jadi rindu masa-masa itu..
Menjadi seorang mahasiswi di kampus ini termasuk hal yang
paling membahagiakan yang pernah terjadi dalam hidupku (selain sekolah di Mts
Asih Putera tentunya).
Dulu, aku adalah katak dalam tempurung (aku kataknya,
kota Cimahi tempurungnya). Seumur hidup kuhabiskan disana.
Cimahi adalah dunia kecilku. Meskipun Ayah adalah seorang
dosen, aku sama sekali buta mengenai kehidupan mahasiswa dan mekanisme yang
berlaku didalamnya. Sistem Kredit Semester, Indeks Prestasi.. itupun masih
belum kumengerti. Cupuuuu sekali ^^
Siapa sangka…
Aku
Anak SMA bingung calon peserta SNMPTN, yang pada akhirnya
memutuskan melingkari lembar pendaftaran dengan kode SITH ITB (Sekolah Ilmu dan
Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung) tepat sebelum penyerahan berkas,
ternyata lolos seleksi dan diterima sebagai salah satu siswinya.
“God is a (best) Director” (Cin(T)a)
Hari pertama pendaftaran ulang, itulah pertama kalinya
kaki ini menapaki bagian kampus ITB yang banyak dibicarakan orang. Ternyata kecil, tapi cantik dan simetris :D
Hari pertama PROKM 2009. Aku hanya bisa terkagum-kagum dan
merasa malu, ternyata teman-temanku adalah orang-orang yang luar biasa. Ada
yang juara umum disekolahnya, Olimpiade Sains Nasional, Ketua OSIS, anak-anak
yang sering ikut kompetisi sampai ke luar negeri…
Aku merasa bukan
apa-apa, bukan siapa-siapa dibandingkan dengan mereka. Untungnya mereka begitu
rendah hati, membuatku cepat merasa nyaman.
Hari-hari selanjutnya, aku ditulari semangat Nasionalisme
dari PROKM, pelajaran mengenai perbedaan kultur, pola pikir, karakter dan cara
pandang dari teman-teman kelompokku.
Saat itu aku menemukan bahwa dunia ternyata lebih menarik
dan menantang dari yang selama ini kubayangkan. Bagiku… itu luar biasa :)
Buka bareng pertama :D |
Mungkin saat itu raut wajahku sama seperti anak-anak yang
kulihat hari ini ya, penuh semangat dan bahagia. Dan sedikit.. hmmm apa bahasa
Indonesianya “culang cileung”? plenga-plengo?.. kebiasaan setiap kali berada di
tempat baru, menemukan suasana baru.. hehe
kayak orang gunung kata Ayah, ih jahat ya.
Hari pertama kuliah aku mendapati bahwa ternyata dosen
sangat berbeda dengan guru. Tidak ada salam pagi, tidak ada cium tangan. Semua
menjalankan peran begitu saja. Dosen adalah dosen, mahasiswa adalah mahasiswa.
Aku dipanggil “anda”, bukan “nak”, rasanya lebih… dewasa.
Suasana kelas saat presentasi |
Lalu semuanya berlanjut..
Tahap Persiapan Bersama
Jujur, rasanya kaget. Ternyata aku harus kembali berkutat
dengan Kimia, Fisika dan Kalkulus.. Semua pelajaran yang bisa kukuasai dengan
baik saat SMA rasanya begitu sulit disini. Baru kali ini aku mendapatkan nilai
dengan angka-angka yang amat menyedihkan. Rasanya begitu… bodoh.
Hahaha \(-,-)/
Semuanya baru, benar-benar baru bagiku. Karena semasa SMA
tugas terberat yang pernah kuterima hanyalah tugas
mengerjakan-80-100-sekian-soal-fisika-dalam-semalam nya Pak Jaharap. Yang kalau
kurang satu soal akan dikalikan tiga dan dikumpulkan pada kesempatan tugas
selanjutnya.
“Itung-itung latihan, ini nggak ada apa-apanya jika kalian kuliah nanti”(Pak Jaharap, 2008)
Bener lho Pak.. Satu chapter yang semasa SMA bisa
dihabiskan selama setengah semester kali ini harus dikuasai dalam sekali
pertemuan. Text Book berbahasa inggris yang tebalnya sama dengan bantal. Slide-slide
presentasi dan penjelasan yang singkat
dari dosen. Kuis tak terduga yang bisa diadakan kapanpun. Tutorial, tugas,
presentasi. Musim UTS dan UAS yang bisa menghabiskan setengah masa semester,
tugas Research Basic Learning Fisika Dasar..
Kelas kalkulus Ibu Mulyana, dosen Kalkulus yang kukagumi |
Katanya mahasiswa santai, bisa bepergian kemanapun, nggak
perlu pake baju seragam…
“ITB kan enak, deket dengan BIP, dengan Ciwalk.. tinggal ngesot nyampe tuh”(Abang-abang salesman)
Khukhukhu :3
Tapi kenyataan ternyata tidak seindah yang dibayangkan
loh Bang (hiks). Aku
kuliah dari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dari jam 07.00– 18.00 (ada istirahatnya,
tapi jam kosong tanggung). Hari Rabu dan Jumat ada praktikum, pas musim UTS dan
UAS hari Jumat dijadiin waktu ujian.. Sabtu dan Minggu baru deh main (kalau
nggak ada tugas).. hehe
Subhanallah.. ternyata begini rasanya jadi mahasiswa.
Menegangkan loh.. apalagi saat-saat menunggu hasil UTS
dan UAS, saat-saat seru menghitung harus-berapa-nilai-UTS2-ku-supaya-minimal-dapet-nilai-B,
saat mengira-ngira IP dan IPK.
Dan suuuuuper menyenangkan \(^,^)/
Dengan teman senasib sepenanggungan…
Mengerjakan tutorial bersama
Latihan di basement perpustakaan saat musim UTS dan UAS
Jalan-jalan dan foto-foto random di Taman Ganesha,
foto-foto di Saraga
Latihan lari (untuk tes olahraga lari 2,4 KM) basamo
Wisata kuliner menyusuri Gelap Nyawang
Surprise ulang tahun (ini hiburan yang menyenangkan loh)
Norak-norakan bareng..
Galau bareng..
Norak-norakan bareng..
Galau bareng..
Belajar basamooo <3 |
“Sekarang rebut ingin kuliah.. Ingin jadi mahasiswa.. Nanti kalau udah kuliah baru deh kalian kangen pake baju seragam lagi, kangen sekolah lagi..” (Kaka Kelas, 2009)
Masa sih kak?
Aku kok nggak merasa begitu ya?
Bagiku jadi mahasiswa itu menyenangkan loh, sedikit
keluar dari zona nyaman sekolah yang sera diatur. Sekarang kita dituntut untuk
membuat keputusan sendiri, megaplikasikan hukum sebab-akibat dan dituntut untuk
siap menanggung resiko atas pilihan kita.
Menantang!
Satu lagi, yang membuatku begitu bersyukur berada di
kampus ini adalah lingkungannya. Bagiku begitu kondusif untuk berlomba-lomba
menjadi lebih baik. Larilah jika memang tidak ingin tertinggal. Karena aku
hanyalah manusia biasa tanpa IQ super, aku yang dulunya malas-malasan di
sekolah dituntut untuk lebih rajin di sini, asik ya :D
Dan yang tak tergantikan adalah teman-temannya… bagiku
mereka adalah orang-orang hebat. Pola pikir mereka menarik, kultur mereka
beragam, benar-benar heterogen.
Baru kali ini aku menemukan manusia Indonesia (dan luar)
dari barat, tengah dan timur berada di satu tempat. Meskipun sekarang
didominasi dari tengah, tetap saja disini aku menemukan Indonesia kecilku.
Hmm.. Banyak yang bilang mereka individualis.. ah,
mungkin bisa dibilang pendiam.. sapalah duluan, kenali mereka, Alhamdulillah
yang kukenal selama ini semuanya baik-baik :D
tanpa mereka aku bisa apa menghadapi serangan kalkulus
fisika dan kimia itu?
Tanpa mereka, kemana tempatku mengadu dan
bersenang-senang dan lari dari penatnya kuliah?
Huehehehe :p
“ITB itu memang mahal. Bukan belajar-mengajarnya di kelasnya yang mahal, karena toh cara mengajar di perguruan tinggi hampir semua begitu. Yang mahal adalah lingkungannya,lingkungan itulah yang akan membentuk kamu, menempa kamu, disanalah kamu akan lebih banyak belajar”. (Anonim, 2009)
Hwaaaa rindu masa-masa ituuuuuuuuuuuu…
Sekarang hampir berakhir
Memang harus diakhiri
#mahasiswa tingkat akhir