"apa yang dirimu kejar?"
hening
"nggak tau.... yang kutau aku bahagia" hari ini aku tersenyum mantap.
Pertanyaan seperti itu sering ditanyakan orang-orang padaku dan pertanyaan-pertanyaan lain macam "kamu nggak sedih masa remajamu dikorbankan begitu? masa-masa sekolah kan cuma sekali..." atau "terbebani nggak sih kamu?" atau "memangnya kamu nggak cape?" atau "kerjaanmu belajar terus ya? memangnya nggak bosen?"
Hihi, memang kadang-kadang bingung jawab apa. Adakalanya pertanyaan-pertanyaan seperti itu terngiang-ngiang apalagi saat sedang galau. Tapi kalau dipikirkan baik-baik, aku memang nggak punya jawaban yang bener-bener pas untuk semua pertanyaan itu. Yang kutau aku bahagia dan bersyukur atas jalan yang Ia berikan untukku.
Akselerasi di dunia pendidikan saat ini, mungkin bukan suatu hal yang langka. Banyak teman-temanku yang juga berusia muda bahkan lebih muda dariku mengenyam pendidikan formal melebihi standar usianya.
Apakah akselerasi itu beban? jawabannya "ya" kalau ditinjau dari segi effort untuk "mengejar" materi sekaligus "tidak" karena akselerasi menjadi semacam "penyaluran energi" untuk sesuatu yang baik (pada kasusku dan mungkin sebagian besar dari mereka) dan jika keduanya ditimbang, bobot kata "tidak" lebih berat dibandingkan "ya".
(sumber gambar : goodlive.id.lv) |
Program akselerasi kutempuh saat aku SMP dulu. MTs Asih Putera tempatku bersekolah adalah sekolah yang terhitung sangat baru. Saat aku masuk pada tahun 2004, aku adalah murid angkatan ke-4. Program akselerasi angkatan kami baru dibuka ketika kami akan naik ke kelas VIII. Saat itu sekolah memberikan undangan pada beberapa murid untuk mengikuti tes seleksi masuk program akselerasi. Undangan diberikan berdasarkan kemajuan siswa selama setahun di kelas VII, ditinjau dari segi akademik dan psikologis. Siswa di sekolah kami memang tidak banyak, hanya sekitar 25-30 orang per-angkatan dan masing-masing siswa memiliki mentor sehingga perkembangan kami dapat terawasi dengan sangat baik .
Singkat cerita setelah melalu proses tes yang cukup panjang (terutama tes psikologi), dari 20 orang yang diberikan undangan, aku menjadi 1 dari 2 orang yang dapat mengikuti program akselerasi kelas VIII ke kelas IX. Karena dalam satu tahun aku harus menguasai materi kelas VIII dan IX sekaligus, aku dan Fathimah temanku, harus belajar ekstra. Saat itu sekolah kami memang sudah menggunakan sistem moving class (keren ya). Untuk mengejar materi yang akan di UANkan, kami mengganti jadwal kelas kesenian, wawasan islam dunia, tafaqquh fiddin dll. untuk kelas VIII (di MTs ada kurikulum muatan Agama selain kurikulum wajib) dengan kelas matematika, kimia, fisika, biologi, b.indonesia, b.inggris untuk kelas IX. Meski demikian kami tetap harus ikut ujian materi-materi tersebut untuk mendapatkan nilai, jadi kami berlajar dua kali lipat dan ujian dua kali lebih banyak dibanding yang lain hahahaha .
Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, bagiku akselerasi menjadi semacam "penyaluran energi" untuk sesuatu yang baik. Semenjak kecil aku adalah anak yang mudah bosan dan sulit di atur, guru SD ku pernah mengeluh pada orang tuaku bahwa aku "terlalu keras kepala dan sulit di atur". Meskipun lahir dengan nama "Nisa" yang di ambil dari kata perempuan, sikapku (sedikiiiit ) melenceng dari sana. Dari dulu aku sangat suka ruang terbuka, hobiku memanjat, melompati sungai dan menangkap ikan di kali atau sawah, tempat belajarku adalah gunungan batu di pinggir rel kereta api, bajuku selalu kotor tidak pernah rapi, aku terlalu cuek rambutku terurai begitu saja tak pernah mau diikat atau di jepit.
Siapa sangka energiku untuk melakukan hal-hal tersebut ternyata dapat tersalurkan ke arah yang lebih baik dengan akselerasi. Bukan berarti ruang gerakku menjadi terbatas, hanya saja hidupku menjadi lebih teratur. Saat MTs aku masih bisa melakukan hal-hal yang kusuka, masih dapet penghasilan sendiri dengan jualan jajanan pasar bersama sahabatku dan boneka sisa eksport di sekolah (ini juga hobi turunan dari Ayah), di saat kelulusan aku juga masih bisa mendapatkan predikat "Best Student kategori Natural*" karena kedekatanku dengan alam** hehe .
Karena memang usiaku setahun lebih muda saat masuk SD dulu, ditambah dengan akselerasi, aku lulus dari MTs dan masuk SMA saat usiaku 13 tahun. Ada sedikit rasa khawatir saat baru masuk SMA dulu, khawatir tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan khawatir nggak punya teman. Apalagi saat itu adalah saat pertama kalinya aku sekolah di sekolah negeri (TK, SD, SMPku swasta semua). Ternyata kekhawatiranku itu tak beralasan, kehidupan SMA ku fine-fine aja, sama seperti siswa pada umumnya meski teman-temanku menjulukiku "adek" atau "bocah" dan panggilan-panggilan sayang lainnya #geer karena faktor usiaku, terlebih karena tubuhku yang pendek hihihi .
Jadi anak akselerasi, bukan berarti tak bisa membaur dengan yang lain, biasa aja kok... Dan bukan berarti kerjaanku hanya belajar, rugi banget... sebenernya asalkan tugas yang diberikan oleh guru dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan dikerjakan sendiri (jangan nyontek!) belajar cukup kalau mau ujian saja. Aku juga nggak pernah ikut les selama sekolah. Sekali-kalinya ikut les hanya saat akan masuk kuliah, itupun sering bolos karena malas.
Aku lulus SMA dan masuk kuliah saat usiaku 16 tahun, di sini aku tidak merasa sendirian dan sama sekali tidak merasa khawatir karena tempat ini mempertemukanku dengan kawan-kawan yang usianya sama denganku atau bahkan lebih muda dariku . Rasanya malah semakin bersemangat dan semakin tertantang. Semangat itu terbawa hingga akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti program fasttrack (S1 dan S2 hanya dalam 5 tahun). Terlebih karena aku kuliah di jurusan yang kusukai sehingga alhamdulillah, sama sekali tak ada keterpaksaan dalam menjalaninya. InshaaAllah aku lulus Juli 2014 ini, doakan yaa.. .
Selama kuliah aku mengisi waktu luangku dengan berbagai organisasi dan kepanitiaan mulai dari tingkat satu sampai detik-detik menuju kelulusan S1 #nekat hahaha. Sebisa mungkin waktu luangku kugunakan untuk melakukan sesuatu yang produktif (pe-de banget, semoga bisa dikatakan demikian). Entah semenjak kapan, kalau tidak disibukkan dengan sesuatu, aku justru kebingungan, galau (banget), nglantur dan sama sekali nggak bersemangat dalam menjalani hidup #lebay.
Ada satu dari banyak kekuranganku, yang dalam kasusku bisa jadi merupakan dampak dari akselerasi. Menurut artikel ilmiah yang kubaca :
"Siswa (akselerasi) memperoleh percepatan dalam perkembangan intelektual (ranah kognitif), tapi tidak memperoleh percepatan dalam perkembangan ranah afektif dan psikomotorik".
Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Asmadi Alsa, Guru Besar Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada
Kalimat diatas sedikit banyak memang benar dalam kasusku terutama mengenai ranah afektif. Menurut orang-orang aku cenderung masih bersikap kekanakan dan terkadang tidak peka terhadap orang lain (terutama dalam hal menganalisa maksud dari sikap orang lain terhadapku). Mereka masih memanggilku dengan sebutan "bocah" dan tubuhku masih saja pendek #ganyambung. Tapi aku ragu apakah kalimat tersebut dapat digunakan untuk menggeneralisir dampak dari akselerasi atau tidak, karena tidak seluruh anak akselerasi yang kukenal bersikap demikian.
Intinya jika aku diminta jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan kondisiku (dan mungkin juga sering ditanyakan pada mereka anak-anak aksel), aku akan menjawab bahwa :
"Akselerasi bukan berarti mengorbankan masa remaja, akselerasi adalah kesempatan berharga dan sarana bagi beberapa orang untuk menyalurkan energinya dalam hal positif. Kami tidak merasa terbebani dalam menjalaninya karena kami tidak merasa terpaksa. Kami punya banyaaaaaak kegiatan lain selain belajar, kami punya banyak teman dan kami hidup dengan bahagia " #mutergayabalerina.
dan jika ditanya
"apa yang dirimu kejar?"
aku hanya bisa jawab "nggak tau, yang jelas bukan 'gelar' yang kukejar (jaman sekarang gelarmah bisa dibeli asal punya uang #miris)....hanya saja yang kutau, aku bahagia dan bersyukur menjalaninya. Dan kalau misalkan aku nggak aksel nih ya, belum tentu kaaaan aku bisa ketemu dan kenal sama kamyuuuuh ufufufu "
bosen ah lari sendiri, sekarang maunya lari berdua :'> #nahloh (sumber gambar : academicdepartments.musc.edu) |
*MTs ku memberikan penghargaan pada muridnya dengan berbagai kategori, seperti best student kategori natural, best student kategori musik, kategori terkritis dsb dsb. Di sini, bakat kami di hargai, bukan hanya dari sisi akademik semata, asik ya
**waktu MTs dulu ada banyak kegiatan outdoor seperti tadabbur alam dan kemah alam, outbond dan semacam pramuka tiap hari jumat, kami punya kelompok taklif dan masing-masing kelompok punya kebun sendiri yang harus ditanami dan dirawat. Pokoknya aku bahagiaaaa sekali sekolah di MTs Asih Putera .