Ketika dalam kesendirianmu,
lembaran hidupmu kau telusuri kembali dari depan kebelakang
Lalu kau menyadari ada sebagian
halaman yang kurang
Sayangnya halaman-halaman
tersebut telah terjilid kokoh dalam buku hidupmu
Tak bisa kau cabut, apalagi kau tambahkan
di sela-selanya
Ada penyesalan disana
Lalu kau menangis
Sampai kau menyadari bahwa
Tangisanmu sia-sia
Tetap saja halaman-halaman
tersebut telah terjilid kokoh dalam buku hidupmu
Tak bisa kau cabut, apalagi kau
tambahkan disela-selanya
Maka kau putuskan untuk
melanjutkan bab baru sebaik mungkin
Agar tak ada halaman yang kurang
Agar tak ada penyesalan kelak
Ketika dalam kesendirianmu
nanti, lembaran hidupmu kau telusuri kembali dari depan kebelakang…
Kira-kira begitu, hasil
kontemplasi semester enam. Ketika Allah kembali “memperkenalkan” padaku,
kawan-kawanku yang terpisah begitu lama, terpisah dengan jarak, dengan benua,
dengan lautan. Melalui tulisan-tulisan mereka,kabar dari mereka atau sekedar
status-status yang mereka pajang di wall facebook mereka… Begitu menggelitik
menyadarkan dengan halus ada bagian dariku yang hilang.
Isinya penuh dengan cinta, ada
kebahagiaan disana, ada harapan disana, ada keyakinan disana.
Lalu aku mereview kembali, berusaha
mengumpulkan makna dari keberadaanku di tempat ini, makna dari apa yang aku
kerjakan sekarang, makna dari tujuan-tujuan hidup yang kugambar manis di
kertas-kertas berwarna-warni. Mulain dari semerster satu, dua, tiga, empat,
lima, enam…
Sempurna!
Pantas saja semua kegalauan itu
sempurna menguasai hati dan pemikiran. Ada bagian yang kurang.. Sebagian besar yang kugambarkan sebagai
tujuan hidupku selama itu isinya dunia semua. Mulai dari IPK, target ke luar negeri, jalan-jalan ke sana
lah, ke sini lah..
Mungkin itu kenapa waktu itu
kuputuskan untuk lari sejenak dari rutinitas. Lari ke Bosscha, tempat yang
kusukai, tempat yang mengingatkanku pada kalian.
Sayang sekali Bosscha hanyalah
sebuah tempat...
Yang kurindukan bukan tempat,
tapi jiwa.
Jiwa-jiwa kalian, yang tulus dan mengenalkanku
arti ketulusan.
Yang memandang aku apa adanya
Yang mampu mengajarkanku hanya
dengan sikap
Yang saling mengingatkan ketika
salah
Maka kuputuskan untuk
berhusnudzon. Allah membawa kalian ke sana, ke sana dan ke sana agar kalian
dapat memahamiNya dengan lebih baik. Dan
aku tetap berada di sini mempelajari sains, juga agar dapat memahamiNya dengan
lebih baik..
Meskipun keadaan kita berbeda,
meskipun apa yang kita pelajari berbeda, aku hanya perlu percaya skenarioNya
begitu indah. Hingga suatu hari nanti kita semua dipertemukan kembali, yang
tersisa hanyalah bentuk dari kebahagiaan.
Di akhir semester itu, ketika
aku memutuskan untuk mempercepat studiku, ketika itu pula ada kuncup yang
berusaha memekarkan diri dalam jiwa..
Aku akan berjuang, meskipun
telah lama terjebak dalam lumpur hitam