#Prolog #Petunjuk Lakuan#
#Part 1 : Pemuda
Pemuda itu… tampak sederhana.
Ketika kau melihatnya, kau akan menemukan apa yang dikenakannya bukan barang
mewah tapi tetap bersih dan wangi. Entah bagaimana caranya mandi karena ia
memang begitu meskipun tanpa mengenakan parfum. Ia tidak terlalu tinggi dengan
rambut tebal, sedikit panjang tapi tidak tampak mengganggu untuk dilihat.
Selepas waktu kuliah, pemuda
itu tak pernah absen mengunjungi masjid. Kalau kau mendengarkan baik-baik, kau
akan terpesona dengan suara adzan yang mengalur indah dari mulutnya.
Selain sebagai muadzin, pemuda
itu juga menjadi guru mengaji bagi pemuda-pemudi yang tinggal di sekitar tempat
kosannya. Mushala kecil itu jadi ramai, dipenuhi para gadis yang tiba-tiba
semangat mengaji ketika pemuda itu yang mengajar. Hahaha
Bukan hanya suara azdannya
yang merdu, bacaan Al Quran yang dilantunkannya juga begitu indah, menyenangkan
untuk didengar. Kau tahu? pemuda itu adalah Qori nomor satu di daerah
rantauannya.
Rantauan… ya pemuda itu
seorang anak rantau dari pulau sebrang, Pulau Sumatera. Anak dari pemuka agama
di desanya. Kau boleh sebut ia seorang mahasiswa teknik elektro plus-plus.
Karena selain kuliah, ia harus memikirkan bagaimana caranya bertahan hidup. Berjualan
jaket himpunan, kaos-kaos event, reparasi alat elektronik, menyewakan kamar
kos, apapun ia lakukan untuk bisa menghasilkan uang.
Rasa ingin tahu yang tinggi
dan kemauannya belajar dari tukang sol sepatu, sampai tukang reparasi alat
elektronik menjadikannya mahir dalam melakukan banyak hal. Wawasannya luas, kau
bisa bertanya apapun padanya.
Tidak seperti pemuda lainnya
yang senang begadang sambil bernyanyi dan bermain gitar, pemuda itu selalu
memilih untuk tidur lebih awal. Di sepertiga malam, ketika teman-temannya baru
akan tidur, kau akan melihat cahaya lampu dari jendela kamarnya di lantai dua.
Pemuda itu bangun untuk shalat dan belajar.
Tapi bukan berarti dia kuper,
silakan tanya siapapun penghuni gang sempit. Tak ada yang tak mengenal pemuda itu.
#Scene 1 : Hari Wisuda
Sampai tiba hari itu.. hari
wisuda… setelah enam tahun lamanya..
Enam tahun, itu waktu yang ia
butuhkan untuk mendapatkan gelar “engineer” nya.
Dengan pakaian rapi, toga dan…
seorang wanita manis berjilbab putih disampingnya, hari itu menjadi hari besar
baginya.
Hah? Wanita? Siapa?
#Part 2 : Wanita
Wanita itu, ya wanita. Kalau
perhatikan, wanita itu sama luar biasanya dengan si pemuda. Ketika kau pergi ke
acara-acara di gang sempit, kau pasti akan melihatnya di setiap pembukaan
acara, membacakan ayat-ayat suci Al Quran.
Ya, wanita itu juga sama,
seorang Qoriah. Jika ada perlombaan, si pemuda adalah juara satu dan wanita ini
juara duanya.. hihi. Wanita ini anak masjid, anak karang taruna. Satu dari
(sangat) sedikit perempuan muda di gang sempit yang begitu disegani para pemuda
karena sulit untuk didekati, menolak untuk
berpacaran.
Sosok mandiri yang
mengorbankan keinginannya berkuliah demi keberlangsungan sekolah adik-adiknya.
Sama dengan si pemuda, ia juga sosok yang sangat sederhana. Bapaknya adalah
seorang PNS lulusan Sekolah Rakyat yang dipercaya karena kejujurannya, Ibunya
adalah seorang ibu rumah tangga yang membantu mencari uang dengan berjualan
makanan.
Bagi keluarganya yang hidup
serba terbatas, yang menganggap bakso adalah makanan mewah, pendidikan adalah
infestasi yang harus diperjuangkan. Dalam segala keterbatasan, keluarga kecil
itu berusaha mendidik anak-anaknya sebaik mungkin sehingga menjadi keluarga
yang disegani karena ilmu dan karakter, bukan karena materi.
#Back to #Scene 1 : Hari
Wisuda
Jadi, hari itu kau akan melihat
si pemuda dan si wanita, bersama di hari kelulusan si pemuda.
Keduanya bahagia, kau bisa
lihat dari sinar mata dan bahasa tubuh mereka.
Di jari manis si pemuda dan si
wanita melingkar cincin emas
Yang terpasang empat hari yang
lalu..
menyatukan mereka untuk
selamanya..
Aamiin :’)
Pemuda dan Wanita, kini, selamanya :'D Barakallah Ayah Bunda <3 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar