Aku adalah seniman klasik berbekal ilmu yang diturunkan Haberlandt ,Camillo dan Santiago lebih dari seabad yang lalu, yang sekarang duduk di ruangan bercahayakan matahari.
Ditemani modul tua dengan kertas yang sudah menguning, keropos dimakan usia.
Duduk di hadapan mikrotom tua yang berderak-derak malas ketika pusat massa tuasnya bergerak melawan gravitasi bumi.
Didalamnya ada sebuah bentuk seni,
bagiku sebentuk keajaiban.
Aku mencoba menikmatinya, jenuh dan lelah yang menumpuk ketika melewati berhari-hari proses pembuatan karya seni itu biasanya sirna ketika kuamati lembaran-lembaran tipis di atas preparat melalui lensa-lensa mikroskop. Cantik...
Begitulah bagiku
Kebahagiaan itu sesederhana mengamati objek nan kecil di balik lensa..
Disana ada xylem, sisa dari jaringan lama usia empat minggu, yang secara ajaib akan terwana merah oleh safranin karena kandungan lignin pada dinding sel nya. Atau bentuk-bentuk abstrak sel embrionik dari kalus, yang tumbuh semena-mena dengan ukuran yang berupa-rupa. besar, kecil, sangat kecil, memanjang, bulat, oval.
seperti mozaik..
Bentuk usaha dan kekuatan mereka untuk terus hidup pada lingkungan yang dipaksakan oleh manusia.
Ilmu klasik.. tua.. tapi luar biasa bukan?
Tak bosan-bosan membuatku takjub, menduga-duga, apa kiranya yang akan kutemukan
Pada tumbuhan kecil itu, yang tinggi rata-ratanya tak sampai sepinggangku, yang bisa menghasilkan 130 macam senyawa ajaib terpenoid indol alkaloid.
"Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?" Qs Asy Syu'araa : 5